Luhut Gagas Hilirisasi Kemenyan, Peluang Besar Ekspor Produk Olahan
Ads
scroll to continue with content

Menu Atas

Header Menu

HEADLINES
.....

Luhut Gagas Hilirisasi Kemenyan, Peluang Besar Ekspor Produk Olahan

Rabu, 28 Mei 2025

Ads

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, kembali menyoroti potensi besar yang belum tergarap maksimal: kemenyan. Komoditas yang selama ini dianggap hanya cocok untuk dupa atau aromaterapi ini ternyata punya nilai ekonomis luar biasa. Dan, menurut Luhut, sudah saatnya kemenyan tak lagi hanya jadi barang ekspor mentah, tapi harus diolah agar memberi nilai tambah untuk masyarakat lokal.

Berdasarkan data ekspor terbaru yang dia terima, kemenyan alami asal Sumatera Utara, terutama dari pohon *Styrax Benzoin*, telah diekspor ke berbagai negara di Asia dan Eropa. Produk ini laris manis digunakan di industri parfum, aromaterapi, makanan, bahkan farmasi.

Harga di Tingkat Petani Masih Terlalu Rendah

Namun, Luhut menyoroti ironi yang cukup menyakitkan. Di tengah besarnya permintaan global, harga kemenyan di tingkat petani masih rendah. Padahal pada tahun 2024, ekspor kemenyan Indonesia mencapai 43 ribu ton dengan nilai lebih dari **USD 52 juta**. Ini bukan angka kecil. Lebih dari 30 persen masyarakat di wilayah Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan hidup dari komoditas ini.

"Inilah sebabnya mengapa kami berencana mulai mengembangkan hilirisasi kemenyan berbasis komunitas," ujar Luhut lewat unggahan Instagram pribadinya pada Sabtu (24/5) lalu.

Hilirisasi Bisa Dilakukan Tanpa Pabrik Besar

Kabar baiknya, menurut Luhut, kita tak butuh pabrik besar atau modal triliunan untuk memulai hilirisasi ini. Teknologi sederhana seperti **distilasi uap** sudah cukup untuk mengolah kemenyan menjadi produk bernilai tinggi. Dari proses ini, petani bisa menghasilkan minyak kemenyan, resin terstandar, hingga bioaktif siap ekspor.

"Yang kita butuhkan adalah kemauan memberi nilai tambah di tempat kemenyan itu tumbuh," katanya dengan nada optimis.

Teknologi distilasi bukan barang baru, dan relatif mudah dioperasikan di desa-desa. Bahkan, bisa dijalankan berbasis kelompok tani atau koperasi. Artinya, proses ini sangat memungkinkan dikembangkan secara berbasis komunitas tanpa harus tergantung pada investor besar.

Minat Pebisnis Sudah Mulai Terbentuk

Lebih lanjut, Luhut mengungkap bahwa saat ini sudah mulai muncul minat dari para pebisnis untuk terlibat dalam hilirisasi kemenyan. Namun begitu, masih ada beberapa PR yang harus diselesaikan agar semuanya bisa berjalan lancar. Salah satunya adalah koordinasi lintas sektor: mulai dari kementerian terkait, pemerintah daerah, hingga pelaku usaha dan komunitas petani.

Ia juga menyebut pentingnya menyusun **peta digital sebaran lahan dan pohon kemenyan**, sebagai dasar pengambilan kebijakan yang berbasis data. "Kami tengah menyiapkan peta digital sebaran lahan dan pohon kemenyan untuk memastikan setiap langkah pembangunan dilakukan berbasis data dan kebutuhan di lapangan," ungkapnya.

Dengan peta ini, potensi produksi bisa dihitung lebih akurat, sehingga langkah strategis ke depan dapat disesuaikan dengan kapasitas dan kebutuhan di setiap wilayah. Pemetaan komoditas menjadi langkah awal yang krusial dalam proses hilirisasi berkelanjutan.

Kemenyan: Komoditas Lokal Bernilai Global

Tak banyak yang tahu, kemenyan bukan hanya dipakai untuk wewangian tradisional. Di luar negeri, resin Styrax Benzoin ini punya permintaan tinggi karena manfaatnya untuk relaksasi, penyembuhan luka, hingga sebagai bahan campuran dalam makanan dan minuman tertentu.

Artinya, komoditas ini bisa menjadi salah satu primadona ekspor Indonesia di masa depan—asal dikelola dengan tepat. Saat ini saja, nilai ekspornya sudah puluhan juta dolar. Jika diolah lebih jauh, bukan tidak mungkin bisa tembus ratusan juta. Bahkan bisa jadi komoditas unggulan baru setelah kelapa sawit dan kopi.

Hilirisasi = Kesejahteraan Petani + Pelestarian Hutan

Lebih dari sekadar urusan ekonomi, Luhut menekankan bahwa hilirisasi kemenyan adalah langkah konkret untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan menjaga ekosistem hutan. "Hilirisasi kemenyan adalah upaya konkret untuk memperkuat ekonomi lokal, meningkatkan kesejahteraan petani, dan menjaga biodiversitas hutan," tegasnya.

Petani akan mendapatkan nilai jual lebih tinggi, tak hanya dari resin mentah tapi juga dari produk turunannya. Dan karena pohon kemenyan hanya bisa tumbuh di kawasan hutan, pelestariannya otomatis akan menjadi perhatian utama petani.

Dengan pendekatan berbasis komunitas dan teknologi ramah lingkungan, hilirisasi kemenyan bisa menjadi model pembangunan berkelanjutan yang bisa ditiru oleh daerah lain. Ekonomi berkelanjutan bukan lagi jargon, tapi kenyataan yang bisa diwujudkan dari desa.

_____________

Punya Kabar Menarik?

Bagikan di LiputanSembilan.com GRATIS! 🚀

Langsung tulis dan kirim tanpa login atau buat akun.


Apakah di sekitar kamu ada prestasi membanggakan, kisah inspiratif, atau acara penting yang jarang terliput media? Atau ingin mempromosikan produk dan jasa secara luas?


💡 LiputanSembilan.com membuka kesempatan bagi siapa saja untuk mengirimkan berita secara GRATIS!

✅ Berita tentang prestasi lokal, kisah unik, atau kejadian penting di komunitas Anda
✅ Promosi barang atau jasa untuk menjangkau lebih banyak orang

📢 Jangan lewatkan kesempatan ini! Kirim berita kamu sekarang dan jadilah bagian dari LiputanSembilan.com!


Kirim Berita