Monadi Langsung Ngebut: Dari Janji ke Aksi
Sejak hari pertama menjabat, Monadi sudah menunjukkan karakter kepemimpinan yang dinamis dan penuh energi. Dengan semboyan khasnya, "Sat Set Sat Set", ia langsung meninjau berbagai lokasi terpencil di Kerinci, mengecek langsung kebutuhan masyarakat, terutama soal infrastruktur.
Salah satu langkah besar yang langsung dilakukan adalah program pemulihan dan perbaikan jalan desa. Tak hanya sekadar survei lokasi, Monadi juga langsung menggerakkan Dinas PUPR untuk mulai bekerja.
Langkah konkret ini membuat banyak pihak mengacungkan jempol. Jalan yang dulunya rusak parah kini mulai diperbaiki, dan dampaknya langsung dirasakan petani, pelajar, serta masyarakat umum. Tak sedikit warga menyebut Monadi sebagai pemimpin yang "tahu medan, tahu kebutuhan".
Birokrasi Dipaksa Bergerak Cepat
Monadi juga tidak mau main-main dalam hal pengelolaan birokrasi "Setiap kepala dinas harus kerja, bukan hanya hadir di kantor," tegas Monadi. Birokrasi yang dulu dikenal lambat kini mulai bergerak lebih cepat
Monadi dan Gaya Blusukannya yang Merakyat
Bupati muda ini juga dikenal sebagai sosok yang senang turun langsung ke tengah-tengah masyarakat. Hampir setiap pekan, Monadi blusukan ke sawah, pasar, sekolah, bahkan warung kopi tanpa rombongan besar. Sikapnya yang membumi membuatnya cepat dekat dengan warga. Masyarakat bebas menyampaikan keluhan secara langsung, dan semuanya ditanggapi dengan serius.
"Beliau tak hanya hadir, tapi mendengarkan dan menindaklanjuti. Itu yang membuat kami merasa dihargai," kata masyarakat.
Terobosan Pendidikan dan Program Lingkungan
Di bidang pendidikan, Monadi meluncurkan program "Kerinci Cerdas" yang bertujuan untuk membantu anak-anak berprestasi dari keluarga tidak mampu. Program ini tidak hanya menyediakan beasiswa, tetapi juga bantuan seragam dan alat tulis untuk siswa di daerah terisolir.
Sementara di sektor lingkungan, Monadi menggandeng komunitas lokal untuk menggalakkan pengelolaan sampah rumah tangga berbasis warga. Ia juga mendorong inisiatif desa bersih yang melibatkan karang taruna, PKK, dan relawan lingkungan dalam menjaga kebersihan desa masing-masing.
Sungai Penuh Masih Menunggu Aksi Nyata dari Alfin
Berbeda dengan semangat membara yang ditunjukkan Monadi, Wali Kota Sungai Penuh, Alfin, dinilai masih "hangat-hangat kuku". Dalam 100 hari pertamanya, publik belum melihat program atau gebrakan yang benar-benar berdampak langsung.
Alih-alih turun ke lapangan, Alfin lebih sering menghabiskan waktu dalam rapat-rapat internal yang cenderung berlarut-larut. Beberapa proyek penting seperti revitalisasi pasar dan perbaikan drainase dan solusi masalah sampah belum tampak wujud nyatanya.
"Masyarakat butuh tindakan, bukan sekadar pembahasan," keluh Masyarakat, pedagang di Pasar Tanjung Bajure.
Pelayanan Publik Masih Lamban
Salah satu hal yang paling dikeluhkan warga adalah lambannya pelayanan administrasi. Tidak ada reformasi signifikan yang dilakukan dalam sistem birokrasi. Warga mengeluhkan lamanya proses pengurusan dokumen kependudukan, izin usaha, hingga bantuan sosial.
"Saat kampanye katanya mau reformasi birokrasi. Tapi yang kami rasakan justru makin lama,"
Kurang Terbuka dan Minim Interaksi Sosial
Kritik lain yang cukup sering disuarakan adalah jaraknya Alfin dengan masyarakat. Tidak seperti Monadi yang akrab dan merakyat, Alfin dinilai tertutup dan kurang menjalin komunikasi langsung.
Berbagai komunitas pemuda dan kelompok masyarakat telah mencoba meminta audiensi, namun hingga kini belum mendapatkan respons dari pihak wali kota. Situasi ini menimbulkan kesan bahwa Alfin masih kebingungan menentukan arah kebijakannya.
Analisis Akademisi: Gaya Kepemimpinan Jadi Pembeda Utama
perbedaan mencolok ini berasal dari gaya kepemimpinan keduanya. Monadi dianggap memiliki gaya eksekutor dan cepat mengambil keputusan. Sedangkan Alfin lebih bersifat administratif dan terlalu berhati-hati.
"Monadi tahu kapan harus turun tangan. Sedangkan Alfin masih terlalu banyak berpikir, kurang melakukan. Padahal di awal masa jabatan, tindakan lebih penting dari rencana," jelasnya.
pentingnya komunikasi publik di fase awal kepemimpinan. Masyarakat, menurutnya, membutuhkan sinyal kejelasan, dan ketidakjelasan itu bisa mengikis kepercayaan jika dibiarkan terlalu lama.
Rakyat Masih Memberi Kesempatan, Tapi Tak Akan Menunggu Selamanya
Meski mulai muncul suara kritis, warga Sungai Penuh masih menyimpan harapan bahwa Alfin akan segera bangkit dan membuktikan kapasitasnya sebagai pemimpin.
"Belum terlambat, asal mulai sekarang mau turun ke lapangan dan dengar langsung aspirasi rakyat,"
Di sisi lain, Monadi terus menjaga ritme kerjanya yang cepat dan efektif. Ia menegaskan bahwa kerja nyata akan terus dilakukan, bukan hanya untuk citra, melainkan untuk kesejahteraan rakyat Kerinci.
"Saya hanya pelayan. Yang utama adalah rakyat. Kalau mereka puas, itu cukup bagi saya,"
---
Kesimpulan: Dua Pemimpin, Dua Arah, Dua Dampak
Dalam waktu 100 hari, Monadi dan Alfin sudah menunjukkan perbedaan besar dalam pola kerja dan pendekatan. Monadi bergerak cepat, responsif, dan dekat dengan rakyat. Sementara Alfin masih berkutat pada internalisasi dan belum menunjukkan gebrakan besar. Waktu masih panjang, tapi masyarakat kini menanti, bukan hanya janji.
_____________