Video Seorang Turis Di Minimarket Korea Utara, Jual Top Hingga Indomie
Ads
scroll to continue with content

Menu Atas

Header Menu

HEADLINES
.....

Video Seorang Turis Di Minimarket Korea Utara, Jual Top Hingga Indomie

Rabu, 21 Mei 2025

Ads

Sebuah video langka tentang kehidupan sehari-hari di Korea Utara baru-baru ini menjadi bahan pembicaraan hangat di berbagai platform media sosial. Video ini pertama kali diunggah oleh akun X bernama [@masjalah](https://x.com/masjalah), dan langsung menyedot perhatian netizen dari berbagai belahan dunia. Tak seperti biasanya, rekaman tersebut memperlihatkan sisi humanis warga Korea Utara yang jarang terekspose ke dunia luar.

Dalam potongan rekaman itu, kita bisa melihat beberapa aktivitas warga Korut, termasuk pemandangan yang mengejutkan: seorang kasir minimarket sedang menjual berbagai produk konsumsi, salah satunya adalah kopi asal Indonesia. Ya, benar! Di rak minimarket sederhana itu, terpampang produk kopi dengan label "TOP", merek yang sangat dikenal masyarakat Indonesia. Kehadiran produk ini menjadi simbol bahwa hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Utara ternyata masih berjalan erat, meskipun dunia internasional kerap menyoroti kebijakan isolasi dari negara tersebut.

Yang membuat netizen makin antusias adalah fakta bahwa produk itu tampak masih dalam kemasan klasik. Hal ini memunculkan pertanyaan kocak dari netizen, "Kalau di sini ukuran kopi TOP sudah kecil, apakah di sana masih seperti dulu?" Sebuah pertanyaan sederhana yang justru membuka percakapan lebih dalam mengenai distribusi barang dan hubungan dagang lintas negara di tengah berbagai sanksi dan keterbatasan.

Keterbatasan Informasi dan Rekaman yang Jarang Terjadi

Sebagaimana diketahui, Korea Utara adalah salah satu negara yang dikenal sangat tertutup dan membatasi akses informasi dari dan ke luar negeri. Menurut data dari organisasi Reporters Without Borders, negeri ini memiliki kebijakan yang sangat ketat terhadap jurnalisme independen. Hampir semua informasi yang keluar dari Korea Utara telah disaring ketat oleh pemerintah, dan pengambilan gambar di ruang publik tanpa izin bisa berujung pada hukuman berat.

Karena itu, tak heran jika banyak yang bertanya-tanya bagaimana video tersebut bisa direkam dan disebarluaskan. Spekulasi menyebutkan bahwa perekamnya adalah istri dari seorang diplomat asing, yang kemungkinan besar memiliki akses khusus ke tempat-tempat yang biasanya tertutup bagi turis maupun warga biasa. Hal ini menjadi penjelasan logis mengingat video tersebut cukup detail, mulai dari pasar hingga interaksi warga sehari-hari.

Dalam dunia di mana propaganda menjadi bagian dari narasi utama, keberadaan video ini menawarkan sekilas pandang yang lebih jujur, walaupun tentu tetap patut kita sikapi dengan skeptis.

Sekolah Ryulgok dan Lagu Nasional Indonesia

Salah satu bagian paling mengharukan dari video tersebut adalah ketika sekelompok siswa dari **Ryulgok School** di Pyongyang menyanyikan lagu patriotik Indonesia, "Halo-Halo Bandung". Lagu ciptaan Ismail Marzuki ini memang penuh semangat perjuangan, dan mendengarnya dinyanyikan oleh anak-anak Korut jelas menjadi momen yang tak biasa. Dengan penuh semangat, mereka menyanyikan bait-bait lagu sambil diiringi akordeon dan drum, menciptakan suasana yang membangkitkan rasa nasionalisme dan keharuan sekaligus.

Sekolah ini ternyata memiliki hubungan khusus dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Pyongyang, hubungan yang sudah terjalin sejak tahun 1980-an. Tak hanya sekadar pertukaran budaya, kerja sama ini mencerminkan kedekatan historis antara kedua negara yang kerap luput dari perhatian publik. Bahkan, di latar belakang video tersebut terlihat dua foto pemimpin besar Korea Utara, yaitu Kim Il Sung dan Kim Jong Il, yang menjadi saksi bisu atas penampilan tersebut.

Momen ini menunjukkan bahwa walaupun Korea Utara dikenal dengan keterbukaannya yang terbatas, mereka tetap menjalin hubungan budaya dengan negara lain, termasuk Indonesia. Kedekatan ini bukan sekadar simbolik, melainkan benar-benar terwujud dalam aktivitas pendidikan dan budaya.

Jejak Sejarah: Kimilsungia dan Soekarno

Dalam utas yang viral tersebut, muncul juga cerita menarik tentang bunga Kimilsungia, bunga anggrek berwarna ungu yang memiliki makna historis dalam hubungan Indonesia-Korea Utara. Bunga ini diberikan oleh Presiden Soekarno kepada Kim Il Sung pada tahun 1965 sebagai simbol persahabatan. Sejak saat itu, bunga Kimilsungia dijadikan sebagai bunga nasional Korea Utara dan dirayakan dalam festival tahunan mereka.

Kisah ini menambah kedalaman narasi hubungan antara dua negara yang sering kali berada di luar radar publik dunia. Tak hanya melalui diplomasi formal, kedekatan ini juga ditanamkan dalam bentuk simbol budaya yang dikenang hingga kini.

Keberadaan bunga ini bahkan menjadi bagian dari identitas nasional Korea Utara, digunakan dalam festival dan pameran, serta selalu dipajang di tempat-tempat strategis, termasuk di depan patung pemimpin besar negara tersebut.

Antara Kenyataan dan Ilusi Propaganda

Namun tentu saja, seperti biasa, tidak semua yang tampak dalam video bisa diterima bulat-bulat. Beberapa bagian dari rekaman justru menyoroti sisi propaganda yang melekat erat dalam kehidupan masyarakat Korea Utara. Misalnya, adegan penghormatan harian terhadap patung pemimpin negara yang disebut-sebut sebagai aktivitas wajib. Banyak pengamat menyebut ini sebagai bentuk kontrol ideologi yang melelahkan secara psikologis bagi masyarakat.

Bahkan, dalam video tersebut turut disorot keberadaan restoran dan toko-toko yang tampaknya hanya diciptakan sebagai latar bagi turis asing. Hal ini mengingatkan publik pada keberadaan Desa Kijong-dong, sebuah desa kosong di Zona Demiliterisasi Korea (DMZ) yang disebut sebagai "Desa Propaganda." Dari kejauhan, desa ini tampak seperti permukiman biasa, lengkap dengan bangunan tinggi dan fasilitas umum. Namun kenyataannya, banyak pengamat yakin bahwa bangunan-bangunan tersebut kosong dan tak berpenghuni.

Fenomena seperti ini memperlihatkan bagaimana Korea Utara secara sistematis menciptakan narasi publik untuk membentuk citra negara yang stabil, makmur, dan terbuka—meskipun banyak pihak mengetahui bahwa realitasnya bisa sangat berbeda.

Peran Media Sosial dan Kanal YouTube Alternatif

Yang tak kalah penting dari penyebaran video ini adalah peran media sosial dan kanal independen seperti YouTube. Salah satu kanal yang mempopulerkan video ini adalah milik [jakaparker](https://www.youtube.com/@jakaparker), seorang kreator yang dikenal sering membagikan konten eksklusif dari dalam Korea Utara. Lewat kanal ini, publik global bisa melihat potret yang lebih luas dari kehidupan di sana—baik sisi positif maupun kontroversialnya.

Konten seperti ini sangat berharga karena membuka ruang bagi diskusi dan pemahaman lintas budaya. Meskipun tetap perlu disikapi secara kritis, adanya rekaman seperti ini bisa membantu membentuk perspektif baru tentang Korea Utara, yang sering kali hanya dikenal lewat pemberitaan media barat.

Pada akhirnya, video viral ini bukan hanya membuka jendela ke kehidupan sehari-hari Korea Utara, tetapi juga memperlihatkan bahwa hubungan budaya Indonesia dan Korea Utara tetap hidup dan punya akar sejarah yang kuat. Dari kopi TOP di minimarket hingga lagu perjuangan "Halo-Halo Bandung" di sekolah Pyongyang, semua menjadi pengingat bahwa di balik dinding isolasi, masih ada jalinan kemanusiaan yang tak terputus.

_____________

Punya Kabar Menarik?

Bagikan di LiputanSembilan.com GRATIS! 🚀

Langsung tulis dan kirim tanpa login atau buat akun.


Apakah di sekitar kamu ada prestasi membanggakan, kisah inspiratif, atau acara penting yang jarang terliput media? Atau ingin mempromosikan produk dan jasa secara luas?


💡 LiputanSembilan.com membuka kesempatan bagi siapa saja untuk mengirimkan berita secara GRATIS!

✅ Berita tentang prestasi lokal, kisah unik, atau kejadian penting di komunitas Anda
✅ Promosi barang atau jasa untuk menjangkau lebih banyak orang

📢 Jangan lewatkan kesempatan ini! Kirim berita kamu sekarang dan jadilah bagian dari LiputanSembilan.com!


Kirim Berita