Insiden pembacokan di Palembang baru-baru ini bikin heboh jagat maya. Seorang pria bernama Suyanto (51), yang merupakan mantan Ketua RT, jadi korban aksi brutal lantaran alasan sepele: tidak mengajak seseorang jadi panitia kurban! Peristiwa mengejutkan ini terjadi di depan Masjid Haqqul Yaqin, kawasan Seberang Ulu I, Palembang, Sumatera Selatan.
Emosi Sesaat Berujung Golok di Tangan
Pelaku pembacokan diketahui bernama David (31), warga setempat yang tinggal tak jauh dari lokasi kejadian. Aksinya terjadi pada Sabtu (7/6/2025) sekitar pukul 10 pagi. Saat itu, korban Suyanto sedang sibuk mencacah daging kurban untuk dibagikan ke warga. Tiba-tiba, David datang menghampiri—dan tanpa banyak bicara, langsung membacok ke arah wajah korban menggunakan sebilah golok.
Usai melakukan aksinya, pelaku kabur ke daerah Indralaya, Ogan Ilir. Namun pelarian David tak berlangsung lama. Keluarganya akhirnya membujuknya pulang dan menyerahkan diri ke pihak kepolisian.
Mengaku Khilaf, Tapi Luka Sudah Terlanjur Dalam
Dalam sesi konferensi pers di Mapolsek SU I, David tampil dengan mengenakan baju tahanan berwarna oranye. Dengan wajah tertunduk, ia mengaku menyesali perbuatannya dan menyebut aksinya dilakukan karena emosi sesaat.
"Saya khilaf, nggak ada niat sebenarnya. Cuma emosi aja karena nggak diajak jadi panitia kurban," katanya pelan. Meski begitu, luka yang diderita korban tergolong berat. Pasal 351 ayat (2) KUHP pun siap menjerat David, dengan ancaman maksimal 5 tahun penjara.
Tidak Ada Masalah Sebelumnya
Yang mengejutkan, menurut pengakuan David, ia dan Suyanto tidak memiliki dendam pribadi sebelumnya. Bahkan, ia menyebut mereka sempat memancing bersama dan sering ngobrol di kampung. Tapi entah kenapa, rasa kesal karena tidak dilibatkan dalam kegiatan kurban membuatnya kalap hingga tega melukai orang yang dikenal baik.
"Dia orangnya baik, sering bantu warga. Saya juga heran bisa kepikiran kayak gitu," ujar David, yang kini harus menjalani proses hukum di balik jeruji besi.
Proses Hukum Berjalan, Barang Bukti Diamankan
Kapolsek Seberang Ulu I, AKP Heri, mengonfirmasi penangkapan David. Pihak kepolisian juga menyita barang bukti berupa golok sepanjang 40 cm dengan gagang kayu hitam, serta pakaian yang dikenakan pelaku saat kejadian. "Pelaku kami kenakan pasal penganiayaan yang menyebabkan luka berat. Ancaman hukumannya bisa sampai 5 tahun," jelas AKP Heri.
Kondisi Korban Masih Dirawat
Sementara itu, kondisi korban, Suyanto, masih menjalani perawatan intensif di RSUD Palembang Bari. Luka yang dideritanya cukup serius karena serangan langsung ke wajah. Kejadian ini tentu saja mengguncang warga sekitar yang mengenal korban sebagai sosok yang aktif dalam kegiatan sosial.
Banyak warga tidak menyangka bahwa urusan panitia kurban bisa berujung aksi kriminal sekejam itu. Apalagi dilakukan oleh orang yang dikenal baik-baik saja selama ini.
Pelajaran Pahit di Balik Tradisi Kurban
Insiden ini menjadi pengingat bahwa pengelolaan kegiatan sosial seperti kurban harus dilakukan secara bijak dan transparan. Ketika ada warga yang merasa terabaikan atau tidak dilibatkan, potensi konflik bisa muncul. Dalam kasus ini, sayangnya emosi lebih dulu berbicara sebelum akal sehat.
Tentunya masyarakat perlu belajar dari kejadian ini agar hal serupa tidak terulang di masa depan. Apalagi momen Idul Adha seharusnya jadi ajang berbagi, bukan malah memecah belah hubungan sosial.
Warga Harap David Bertanggung Jawab
Beberapa warga yang mengenal David dan korban pun mengaku sedih dan kecewa. Mereka berharap pelaku dapat bertanggung jawab penuh atas perbuatannya, dan korban bisa segera pulih. "Kami semua kaget, soalnya mereka berdua selama ini tidak pernah ribut," ujar seorang tetangga.
Pihak kepolisian saat ini masih mendalami apakah ada faktor pemicu lain selain persoalan panitia kurban. Namun sejauh ini, keterangan pelaku konsisten bahwa ia melakukan aksi itu karena merasa tidak dihargai.
Kesimpulan: Luka Akibat Ego dan Ketidakdewasaan
Kisah tragis ini menambah daftar panjang kasus kekerasan domestik yang dipicu oleh persoalan sepele. Dari yang awalnya hanya urusan kepanitiaan, berujung pada pembacokan dan trauma mendalam bagi korban maupun masyarakat sekitar.
Harus diakui, dalam hidup bermasyarakat, rasa kecewa dan iri bisa muncul. Tapi bukan berarti kita membiarkan emosi mengambil alih nalar. Semoga ke depannya, kita bisa lebih dewasa dalam menyikapi perbedaan dan konflik, terutama dalam momen-momen sakral seperti kurban.
_____________