Kabar ini disampaikan langsung oleh Kapolres HST, AKBP Jupri JHP Tampubolon, saat kunjungan kerja Kapolda Kalsel Irjen Rosyanto Yudha Hermawan, pada Sabtu, 24 Mei 2025. Dalam laporannya, Jupri menjelaskan bagaimana pihaknya aktif melakukan tes urine ke berbagai polsek pasca penangkapan salah satu anggotanya oleh BNN Kalsel.
Razia Internal Berbuah Temuan Tak Terduga
Menurut AKBP Jupri, tes urine dilakukan sebagai upaya bersih-bersih di lingkungan internal. "Setelah ada anggota Polsek yang ditangkap oleh BNN, kami langsung bergerak. Hasilnya, enam anggota kami terbukti positif menggunakan narkoba," ujarnya dengan nada kecewa.
Kejadian ini tentu menjadi tamparan keras. Pasalnya, aparat yang seharusnya berada di garda depan pemberantasan narkoba justru terjerumus ke dalam jerat yang sama. Publik pun bertanya-tanya, bagaimana mungkin penegak hukum bisa terlibat dalam hal seperti ini?
Pembinaan Ketat, Mulai dari Apel Sampai Salat Wajib
Enam anggota yang positif narkoba ini langsung diberi sanksi pembinaan ketat. Mereka diwajibkan ikut apel pagi dan siang setiap hari, lengkap dengan helm dan ransel layaknya pendidikan ala militer. Selain itu, aktivitas fisik juga jadi bagian dari sanksi. Mereka harus berolahraga tiga kali sehari tanpa kompromi.
Tak cuma fisik yang dibina, sisi spiritual pun jadi perhatian. Keenam anggota ini diwajibkan salat lima waktu di mushola, dan diawasi langsung oleh Kapolres dan Wakapolres. "Ini bagian dari pembinaan menyeluruh, biar mereka sadar dan tobat," kata AKBP Jupri.
Program pembinaan ini menunjukkan bahwa institusi kepolisian tidak tinggal diam dalam menghadapi oknum-oknum yang menyimpang. Langkah tegas semacam ini jadi sinyal bahwa tak ada toleransi bagi pelanggaran hukum, apalagi oleh penegak hukum itu sendiri.
Kapolda Kalsel Beri Atensi Penuh
Kapolda Kalimantan Selatan, Irjen Rosyanto Yudha Hermawan, tidak tinggal diam. Dalam kunjungan ke HST, ia menegaskan komitmen untuk menindak tegas siapa pun anggota yang terlibat narkoba, baik pengguna maupun yang masuk dalam jaringan pengedar.
"Arahan dari pimpinan (Kapolri) sudah jelas. Semua yang terlibat harus diproses hukum, bukan cuma pembinaan internal. Terutama yang ditangkap BNN, saya minta diproses hingga ke pengadilan," tegas Irjen Rosyanto.
Kapolda bahkan memberi perhatian khusus terhadap Desa Kundan, Kecamatan Hantakan, yang disebut-sebut sebagai "sarang" narkoba di daerah tersebut. Ia meminta agar stigma ini segera diubah dan menjadikannya sebagai proyek khusus kepolisian.
Desa Kundan: Dari Stigma Buruk Menuju Desa Produktif
Kapolda menyatakan bahwa Desa Kundan harus segera direhabilitasi citranya. Ia bahkan menyarankan agar program transformasi desa ini menjadi prioritas utama Kapolres HST.
"Saya minta ini jadi program jangka panjang. Kalau perlu, Polda akan bantu penuh," kata Rosyanto. Ia juga menegaskan siap menggandeng Pemprov Kalsel, Pemkab HST, dan BNN dalam proyek ini.
Rencana transformasi Desa Kundan mencakup berbagai aspek, mulai dari edukasi, sosialisasi bahaya narkoba, hingga pelatihan keterampilan dan kegiatan produktif warga. Harapannya, desa ini bisa jadi contoh desa bersih narkoba di masa depan.
Menanti Identitas Enam Oknum Polisi
Meski kasus ini sudah terungkap ke publik, hingga kini belum ada informasi detail soal identitas maupun pangkat keenam anggota polisi yang positif narkoba tersebut. Hal ini masih menjadi tanda tanya, karena publik ingin tahu sejauh mana keterlibatan mereka.
Media dan masyarakat kini menanti sikap terbuka dari kepolisian. Keterbukaan menjadi penting untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap institusi kepolisian. Apalagi, kasus ini menyangkut integritas dan kredibilitas aparat.
Pentingnya Reformasi Internal di Kepolisian
Kejadian di Polres HST ini seakan menjadi cermin bahwa reformasi internal di tubuh kepolisian masih jadi pekerjaan rumah yang belum selesai. Tak cukup hanya dengan seragam dan sumpah jabatan, dibutuhkan pengawasan berkelanjutan dan sistem yang mampu menjaga integritas anggota polisi.
Langkah-langkah seperti tes urine mendadak, pembinaan spiritual, hingga tindakan tegas terhadap pelanggar bisa jadi solusi awal. Namun, yang lebih penting adalah perubahan budaya di internal kepolisian. Harus ada kesadaran kolektif bahwa menjadi polisi berarti menjadi panutan.
Langkah Serius Menuju Polisi yang Bersih
Kasus ini bisa jadi momen refleksi. Meski menyakitkan, temuan ini adalah awal dari langkah besar menuju polisi yang lebih profesional, bersih, dan dekat dengan rakyat. Harapan publik terhadap Polri sangat besar, dan sudah saatnya kepercayaan itu dijawab dengan tindakan nyata.
Pembinaan terhadap enam anggota tersebut, serta proyek transformasi Desa Kundan, bisa jadi langkah awal yang patut diapresiasi. Tapi tentu, publik akan terus mengawasi sejauh mana keseriusan dalam menindaklanjuti komitmen ini.
Penutup: Jangan Lagi Ada Polisi Terlibat Narkoba
Sudah terlalu banyak contoh buruk ketika aparat justru terlibat dalam kejahatan. Ini saatnya institusi kepolisian menunjukkan reformasi nyata. Jangan ada lagi cerita polisi yang malah kecanduan narkoba, atau lebih parah, jadi bagian dari jaringannya.
Semoga ke depan, kita bisa melihat Polri yang benar-benar bersih, kredibel, dan layak mendapat kepercayaan penuh dari masyarakat.
_____________
liputansembilan