Indeks Saham Bergerak Beragam
Indeks utama menunjukkan pergerakan campuran. Dow Jones Industrial Average turun tipis sebesar 1,35 poin dan ditutup pada level 41.859,09. Indeks S\&P 500 melemah 0,04% ke posisi 5.842,01. Sementara itu, Nasdaq Composite berhasil menguat 0,28% dan ditutup pada 18.925,73.
Pergerakan tipis ini mencerminkan keraguan investor dalam menghadapi kombinasi antara lonjakan defisit anggaran dan imbal hasil obligasi pemerintah yang terus menanjak. S\&P 500 nyaris tidak bergerak, menandakan pasar sedang mencari arah yang jelas di tengah ketidakpastian ekonomi.
RUU Pajak dan Militer Picu Kenaikan Imbal Hasil
Salah satu faktor utama yang memicu kehati-hatian investor adalah disahkannya Rancangan Undang-Undang oleh DPR AS, yang berisi pemotongan pajak dan peningkatan anggaran militer. RUU ini berpotensi meningkatkan utang nasional hingga triliunan dolar, dan memperbesar defisit fiskal pada saat kekhawatiran inflasi dan tarif impor tengah memanas.
Menurut Kantor Anggaran Kongres (CBO), total biaya dari RUU tersebut diperkirakan mencapai hampir \$4 triliun. RUU pajak baru ini menjadi perhatian utama pasar karena dampaknya terhadap kebijakan moneter dan stabilitas fiskal.
Imbal hasil obligasi Treasury tenor 30 tahun melonjak ke level tertinggi sejak Oktober 2023, mencapai 5,161% sebelum turun di akhir sesi. Sementara itu, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun juga sempat naik sebelum akhirnya terkoreksi.
Dampak Jangka Pendek dan Panjang
Dalam wawancara dengan CNBC International, Jed Ellerbroek, manajer portofolio di Argent Capital Management, menyatakan bahwa secara jangka pendek, RUU ini akan memberikan dorongan terhadap perekonomian.
"Dalam jangka pendek, RUU ini baik bagi ekonomi. Pemotongan pajak dan belanja militer akan meningkatkan permintaan dan pertumbuhan pada 2026," katanya. Namun, ia menambahkan bahwa efek jangka panjangnya dapat menimbulkan masalah fiskal besar bagi AS.
Ellerbroek menekankan bahwa lonjakan defisit akan membuat obligasi Treasury kurang menarik, karena kepercayaan investor terhadap stabilitas fiskal AS bisa menurun. Kenaikan imbal hasil mencerminkan ketidakpastian dan risiko fiskal yang meningkat.
Reaksi The Fed dan Prospek Suku Bunga
Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller, dalam wawancara dengan Fox Business, menyampaikan pandangannya bahwa bank sentral kemungkinan baru akan menurunkan suku bunga pada akhir tahun ini. Ia menyoroti perlunya melihat dampak penuh dari kebijakan tarif dan fiskal sebelum mengambil langkah pelonggaran moneter.
"Jika kita bisa menurunkan tarif mendekati 10% dan semuanya diberlakukan sekitar Juli, maka kita akan dalam posisi baik untuk menurunkan suku bunga pada paruh kedua tahun ini," ujar Waller.
Komentar Waller ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa The Fed baru akan memangkas suku bunga mulai September. Saat ini, pelaku pasar masih memperdebatkan apakah inflasi dan pertumbuhan ekonomi cukup stabil untuk mendukung pelonggaran kebijakan moneter. Penurunan suku bunga menjadi salah satu kunci pemulihan sektor saham dalam jangka menengah.
Reaksi Korporasi: Morgan Stanley Tetap Optimistis
Di sisi lain, analis dari Morgan Stanley masih memproyeksikan potensi kenaikan saham ke depan, selama tidak terjadi resesi besar di AS. Michael Wilson, kepala strategi ekuitas Morgan Stanley, mengungkapkan bahwa koreksi pasar baru-baru ini kemungkinan sudah mencapai titik terendah.
"Penurunan drastis akibat pengumuman tarif dan kekhawatiran fiskal hanya bersifat sementara. Kami meyakini harga terendah telah tercapai jika tidak ada resesi," ujar Wilson dalam sebuah catatan riset.
Wilson juga tetap pada target harga S\&P 500 dalam 12 bulan mendatang di level 6.500, yang mencerminkan potensi kenaikan sekitar 11% dari posisi saat ini. Menurutnya, target S\&P 500 kemungkinan akan tercapai pada pertengahan 2026, mengingat adanya tekanan di awal tahun ini.
Kondisi Pasar Tetap Rentan
Meski sebagian analis optimistis, kondisi pasar tetap sangat sensitif terhadap perubahan arah kebijakan. Ketidakpastian terkait tarif, inflasi, dan keputusan suku bunga membuat investor bersikap hati-hati.
Imbal hasil obligasi yang tinggi membuat saham-saham berisiko kurang menarik bagi investor institusional. Wall Street masih berada dalam posisi siaga menunggu sinyal lebih jelas dari The Fed maupun Gedung Putih terkait arah kebijakan ekonomi.
Kesimpulan: Pasar Menanti Kepastian
Penutupan bursa yang beragam pada Kamis mencerminkan pasar yang tengah menanti kepastian. Keseimbangan antara dorongan fiskal jangka pendek dan kekhawatiran fiskal jangka panjang menjadi dilema bagi pelaku pasar.
Ke depan, investor akan mencermati proses pembahasan RUU di Senat, perkembangan tarif impor, serta proyeksi inflasi terbaru dari The Fed. Ketiga faktor tersebut akan menjadi penentu utama arah pasar saham AS dalam beberapa bulan ke depan.
_____________