Prediksi jumlah peserta memang bikin geleng-geleng kepala. Panitia menyebut ada sekitar 25 ribu orang datang untuk mencari peluang kerja, padahal kuota lowongan hanya 3.000. Beda jauh banget! Akibatnya, suasana yang semula tertib malah berubah jadi kisruh luar biasa.
Berebut QR Code, Pingsan di Tengah Kerumunan
Dalam video yang ramai di media sosial, terlihat pencari kerja berebut memindai kode QR untuk bisa melamar. Suasana makin panas, apalagi dengan teriknya matahari siang itu. Banyak peserta yang kepanasan, terhimpit, bahkan ada yang sampai pingsan.
Beberapa orang bahkan naik ke atas mobil pemadam kebakaran hanya untuk mencari tempat berteduh atau sekadar bisa bernapas lega. Di tengah kerumunan, terdengar teriakan-teriakan penuh emosi: "Buka pintunya sekarang juga!"
Kemnaker: Bukan Karena Sulit Cari Kerja
Terkait kericuhan ini, pihak Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) langsung angkat bicara. Kepala Biro Humas Kemnaker, Sunardi Manampiar Sinaga, membantah bahwa insiden tersebut mencerminkan betapa susahnya mencari pekerjaan di Indonesia.
Menurut Sunardi, membludaknya peserta lebih menunjukkan antusiasme masyarakat terhadap dunia kerja. "Saya kira kurang tepat kalau dikatakan ini sebagai potret sulitnya mencari kerja," ujarnya.
Lulusan Baru dan Orang yang Cari Tantangan Baru
Sunardi menjelaskan bahwa banyak peserta yang datang merupakan lulusan baru yang sedang semangat-semangatnya mencari kerja. Selain itu, tak sedikit yang hadir karena ingin mencoba karier baru. Bisa jadi bosan sama pekerjaan lama atau ingin gaji yang lebih besar.
"Animo tinggi bisa karena banyak lulusan pendidikan baru atau karena ingin cari pekerjaan lain yang lebih cocok," jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa beberapa orang mungkin hadir hanya untuk cari info, konsultasi ketenagakerjaan, atau bahkan menjajal peluang kerja sampingan alias side job.
Kerja Sampingan dan Konsultasi
"Bisa juga mereka hanya ingin lihat suasana job fair, atau konsultasi, atau cari peluang side job," tambah Sunardi. Artinya, bukan semua yang datang ke lokasi benar-benar butuh pekerjaan secara mendesak.
Yang jelas, ia menyebut angkatan kerja memang sedang bertambah. Mulai dari lulusan SMA/SMK hingga universitas, dan juga mereka yang sebelumnya kena PHK. Tapi, di saat yang sama, kesempatan kerja juga tumbuh di beberapa sektor.
Respons Menteri Ketenagakerjaan
Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, menegaskan bahwa kejadian ini bakal jadi bahan evaluasi serius. Ke depannya, Kemnaker akan meningkatkan koordinasi dengan dinas ketenagakerjaan di daerah agar penyelenggaraan job fair bisa lebih rapi dan manusiawi.
"Kalau ada kasus seperti ini, ya tentu jadi evaluasi. Kita akan lebih memperkuat koordinasi dan pembinaan ke dinas di daerah," katanya dalam konferensi pers di Jakarta.
Meski begitu, Menaker tetap mengapresiasi semangat daerah untuk menyelenggarakan job fair. Ia menilai ini bukti bahwa perhatian terhadap pencari kerja tidak hanya datang dari pemerintah pusat.
Video Viral dan Teriakan Massa
Potongan video suasana job fair itu viral di TikTok dan Instagram. Dalam video, terlihat massa yang membludak dan mulai tidak tertib. Mereka saling dorong, saling teriak, bahkan sempat ada insiden saling pukul.
Salah satu klip memperlihatkan massa berteriak-teriak memaksa panitia membuka pintu gedung. "Buka-buka pintunya, sekarang juga!" teriak peserta dengan nada kesal. Panitia pun kewalahan menghadapi situasi yang semakin tidak terkendali.
Pertumbuhan Angkatan Kerja vs Lapangan Kerja
Kenyataan bahwa angkatan kerja terus bertambah memang tidak bisa dihindari. Di satu sisi, banyak lulusan baru tiap tahun. Di sisi lain, pemutusan hubungan kerja (PHK) juga menyumbang angka pengangguran baru. Namun, perlu dicatat bahwa lapangan kerja juga tumbuh di beberapa sektor, meskipun ada sektor yang menurun.
Hal ini menunjukkan bahwa dunia kerja Indonesia sedang dalam masa transisi. Sektor tradisional mungkin menurun, tapi sektor digital, jasa, dan industri kreatif perlahan menunjukkan potensi besar.
Semangat Masyarakat Itu Positif
Dibanding menganggapnya sebagai tragedi, Kemnaker memilih melihat ini sebagai bukti bahwa masyarakat punya semangat untuk bekerja dan mandiri. "Tingginya antusiasme ini menunjukkan keinginan untuk bangkit dan berkembang," kata Sunardi.
Ia berharap ke depannya acara seperti ini bisa lebih terorganisir, termasuk soal sistem antrean, penyediaan tempat yang memadai, serta skema pendaftaran yang tidak membuat orang harus berdesak-desakan hanya untuk scan QR.
Pelajaran dari Job Fair Cikarang
Insiden ini bisa jadi pelajaran besar bagi semua pihak. Baik panitia, pemerintah, maupun pencari kerja. Koordinasi yang baik, sistem yang tertata, dan komunikasi yang jelas harus jadi prioritas di acara berikutnya. Tak kalah penting, peserta juga harus lebih sabar dan tertib.
Kejadian seperti ini sebenarnya bisa dihindari jika ada sistem registrasi online yang lebih terstruktur, pembagian waktu masuk secara bergelombang, dan area acara yang lebih luas.
Antusiasme Perlu Diarahkan
Dengan antusiasme sebesar itu, sebenarnya pemerintah punya peluang besar untuk menjaring tenaga kerja potensial. Tapi itu semua hanya bisa maksimal kalau penataan acaranya rapi.
Daripada hanya dijadikan momentum pameran lowongan kerja, event semacam ini juga bisa dikembangkan jadi pusat informasi karier, konsultasi soft skill, hingga workshop pembuatan CV dan interview.
_____________