Minimarket "Samaran" di Sungai Penuh yang Ternyata Alfamart, Harganya Lebih Mahal
Ads
scroll to continue with content

Menu Atas

Header Menu

HEADLINES
.....

Minimarket "Samaran" di Sungai Penuh yang Ternyata Alfamart, Harganya Lebih Mahal

Rabu, 11 Juni 2025

Ads

Di berbagai kota besar, Alfamart dikenal sebagai salah satu pilihan belanja yang ekonomis. Dengan sistem harga yang relatif stabil dan sering memberikan diskon, banyak konsumen menjadikannya rujukan utama untuk kebutuhan harian. Namun, berbeda halnya dengan yang terjadi di Kabupaten Kerinci, Jambi. Di wilayah ini, Alfamart hadir secara diam-diam dengan nama-nama lain seperti Hamparan Mart, Habib Mart, dan berbagai nama lokal lainnya, namun tetap berada di bawah manajemen jaringan yang sama.

Kehadiran mereka yang menyamar ini awalnya tidak banyak disadari masyarakat. Pasalnya, secara visual toko-toko ini memang tampak seperti minimarket biasa dengan label lokal. Namun belakangan, sejumlah konsumen mulai menyadari kesamaan pola, layout toko, sistem kasir, hingga barang-barang promosi yang identik dengan Alfamart. Penelusuran lebih dalam mengungkap bahwa toko-toko tersebut memang berafiliasi dengan jaringan Alf amart, meski tak menggunakan nama resminya.



Lebih Mahal dari Minimarket Biasa

Yang lebih mengejutkan, harga barang di toko-toko samaran Alfamart ini justru jauh lebih mahal dibandingkan minimarket biasa milik warga lokal. Ini bertolak belakang dari citra Alfamart di kota-kota lain yang dikenal lebih murah dan transparan. Di Kerinci, banyak warga justru mengeluhkan kenaikan harga secara diam-diam.

"Saya beli susu anak di Hamparan Mart, harganya Rp57.000. Padahal di toko biasa dekat rumah cuma Rp49.000. Awalnya saya kira karena beda merek, ternyata sama persis," ujar Nisa, warga Sungai Penuh. Hal serupa juga diungkapkan oleh Erwan, pelanggan lainnya. "Air mineral botol kecil di Habib Mart Rp4.500, di toko biasa cuma Rp3.500. Ini bukan selisih biasa, tapi keterlaluan," katanya geram.



Kenapa Harus Menyamar?

Keputusan menggunakan nama-nama lain ini disebut sebagai strategi bisnis karena beberapa wilayah di daerah pedesaan atau semi-kota seperti Kerinci sering memberikan penolakan terhadap waralaba besar. Warga lokal khawatir kehadiran retail modern akan mematikan toko-toko kecil tradisional.

"Kalau pakai nama Alfamart, mungkin dari awal sudah ditolak warga atau tidak dapat izin lokasi. Tapi begitu pakai nama lokal, banyak yang tidak sadar dan mengira itu minimarket baru milik warga sekitar," ujar salah satu tokoh pemuda di Kerinci yang enggan disebutkan namanya.



Minimarket Lokal Justru Lebih Kompetitif

Salah satu hal yang paling menarik adalah bahwa minimarket lokal di Kerinci justru menawarkan harga yang lebih bersaing. Banyak di antaranya bahkan memberikan potongan harga untuk pembelian grosir atau memberikan bonus produk. Ini berbeda dengan Alfamart samaran yang mematok harga tetap tanpa adanya diskon berarti.

"Toko kami memang kecil, tapi kami berani bersaing soal harga. Kami langsung ambil dari agen, tidak lewat pusat seperti mereka. Jadi harganya bisa ditekan," ujar Rahman, pemilik minimarket lokal di Kayu Aro.



Reaksi Warga dan Seruan Transparansi

Setelah informasi ini mulai menyebar lewat media sosial dan dari mulut ke mulut, reaksi warga pun bermunculan. Banyak yang merasa tertipu karena mengira mereka berbelanja di toko lokal, padahal ternyata bagian dari jaringan waralaba besar. Beberapa bahkan menyerukan agar pihak berwenang melakukan audit dan mewajibkan transparansi kepemilikan bisnis di wilayah tersebut.

"Kalau memang itu Alfamart, ya tulis Alfamart. Jangan seolah-olah toko lokal tapi harga kayak premium, layanan pun biasa saja," tegas Fadil, salah satu aktivis pemuda Kerinci.

Sayangnya, hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Alfamart pusat terkait praktik penyamaran nama ini. Namun publik menuntut agar konsumen tidak dipermainkan dan informasi harga serta identitas toko disampaikan secara jujur.



Langkah Selanjutnya?

Fenomena ini mengingatkan bahwa keterbukaan informasi dalam praktik perdagangan sangat penting, terlebih di daerah yang belum sepenuhnya terdigitalisasi. Warga Kerinci saat ini mulai lebih selektif memilih tempat belanja, dan dukungan terhadap toko lokal tampaknya akan semakin meningkat seiring rasa ketidakpercayaan terhadap "minimarket samaran" ini.

Bagi konsumen yang ingin memastikan tidak tertipu, penting untuk mulai membandingkan harga, melihat label produk, dan bertanya langsung kepada penjaga toko mengenai kepemilikan bisnis. Selain itu, keberadaan komunitas pembeli cerdas juga bisa menjadi solusi untuk saling berbagi informasi seputar harga dan layanan toko-toko di wilayah mereka.

_____________

Punya Kabar Menarik?

Bagikan di LiputanSembilan.com GRATIS! 🚀

Langsung tulis dan kirim tanpa login atau buat akun.


Apakah di sekitar kamu ada prestasi membanggakan, kisah inspiratif, atau acara penting yang jarang terliput media? Atau ingin mempromosikan produk dan jasa secara luas?


💡 LiputanSembilan.com membuka kesempatan bagi siapa saja untuk mengirimkan berita secara GRATIS!

✅ Berita tentang prestasi lokal, kisah unik, atau kejadian penting di komunitas Anda
✅ Promosi barang atau jasa untuk menjangkau lebih banyak orang

📢 Jangan lewatkan kesempatan ini! Kirim berita kamu sekarang dan jadilah bagian dari LiputanSembilan.com!


Kirim Berita