Hasil pemeriksaan medis menunjukkan bahwa Netanyahu mengalami dehidrasi disertai radang usus, sehingga dokter merekomendasikan pemberian cairan infus. "Sesuai instruksi dokter, Perdana Menteri akan beristirahat di rumah selama tiga hari dan tetap menjalankan urusan pemerintahan dari sana," tulis pernyataan resmi kantor PM Israel yang dikutip dari Reuters.
Kondisi kesehatan Netanyahu menjadi perhatian dunia sejak beberapa tahun terakhir. Pada 2023, publik internasional heboh setelah ia diketahui harus menggunakan alat pacu jantung. Kala itu, Netanyahu menjelaskan bahwa ia sebelumnya telah dipasangi alat pemantau detak jantung. "Seminggu lalu saya dipasangi alat pemantau. Alat itu berbunyi bip. Malam ini saya harus menerima alat pacu jantung," ujarnya pada Juli 2023. Selama perawatan tersebut, tugas perdana menteri sempat dialihkan kepada Menteri Kehakiman Yariv Levin.
Tak berhenti di situ, pada Desember 2024, Netanyahu kembali masuk rumah sakit untuk menjalani operasi pengangkatan prostat setelah diduga mengalami infeksi saluran kemih. Rangkaian masalah kesehatan ini membuat publik bertanya-tanya tentang kemampuan Netanyahu memimpin, terutama di tengah situasi politik dan militer yang panas di Timur Tengah.
Sorotan terhadap kondisi Netanyahu kian tajam karena bertepatan dengan agresi Israel ke Palestina yang menuai kecaman global. Sejak 2023, gelombang protes besar-besaran melanda berbagai kota di Israel, menuntut pemerintah menghentikan serangan brutal terhadap warga Palestina. Meski demikian, hingga kini operasi militer Israel masih berlangsung dan menimbulkan ribuan korban jiwa.
Kritik terhadap Netanyahu tidak hanya datang dari luar negeri, tetapi juga dari masyarakat Israel sendiri. Banyak warga menilai kebijakan perang yang ia jalankan hanya memperburuk situasi keamanan dan memperpanjang penderitaan warga sipil di Gaza dan Tepi Barat. Kondisi kesehatannya yang rapuh memicu perdebatan, apakah Israel membutuhkan pemimpin baru yang lebih fokus pada diplomasi dan rekonsiliasi ketimbang operasi militer.
Di sisi lain, para analis menilai bahwa ketidakstabilan kesehatan Netanyahu bisa berdampak pada dinamika politik domestik. "Ketika seorang pemimpin berada dalam kondisi tidak fit, wajar jika timbul pertanyaan mengenai keberlanjutan kebijakan dan stabilitas pemerintahan," ujar seorang pengamat politik Timur Tengah kepada media lokal.
Hingga kini, belum ada informasi apakah Netanyahu akan kembali menjalani pemeriksaan lanjutan usai masa istirahatnya. Namun, kantor PM Israel memastikan bahwa seluruh kegiatan resmi yang krusial akan tetap dipantau oleh Netanyahu dari kediamannya.
Publik dunia kini menunggu langkah selanjutnya dari Netanyahu, baik terkait pemulihan kesehatannya maupun kebijakan Israel terhadap konflik yang belum kunjung usai. Apakah peristiwa ini akan memengaruhi keputusan besar pemerintahan Israel ke depan, termasuk tekanan internasional untuk menghentikan agresi, masih menjadi tanda tanya besar.
_____________