Aksi unjuk rasa di Pati berujung ricuh pada Rabu siang, 13 Agustus 2025. Kericuhan ini dipicu kekecewaan massa terhadap Bupati Sudewo yang tak kunjung menemui mereka secara langsung. Amarah massa memuncak hingga membakar mobil polisi dan menjebol kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) serta gedung DPRD setempat.
Awal Kericuhan: Massa Berpakaian Hitam
Sejak pagi, ratusan warga berkumpul di depan Kantor Bupati Pati untuk menyuarakan tuntutan mereka. Sebagian besar massa terlihat mengenakan pakaian serba hitam, membawa spanduk, dan berteriak menyuarakan ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Bupati Sudewo.
Ketika keinginan bertemu langsung dengan Bupati tak dipenuhi, situasi mulai memanas. Massa melempari kantor Bupati menggunakan botol air mineral dan barang-barang lain yang ada di sekitar lokasi. Aksi itu memicu aparat kepolisian untuk memperketat penjagaan.
Mobil Polisi Jadi Sasaran Amuk
Puncak kemarahan terjadi ketika massa menemukan mobil polisi milik provos kepolisian Pati yang terparkir di depan rumah dinas Kapolres. Mobil tersebut sempat dijungkirbalikkan sebelum akhirnya dibakar hingga hangus. Api cepat membesar, mengundang kepanikan warga sekitar dan membuat polisi harus berjibaku mengamankan lokasi.
Menurut data yang dihimpun, pembakaran mobil ini bukan aksi spontan, melainkan terjadi setelah massa menganggap pemerintah daerah tidak serius merespons aspirasi mereka.
Water Cannon Dikerahkan
Aparat kepolisian mencoba mengendalikan situasi dengan menembakkan water cannon ke arah kerumunan. Semburan air bertekanan tinggi itu sempat memecah konsentrasi massa, namun tidak sepenuhnya berhasil menghentikan aksi pelemparan.
Dalam situasi penuh ketegangan, pihak kepolisian terus berusaha melindungi aset pemerintahan dari kerusakan lebih lanjut. Beberapa aparat juga terlihat melakukan negosiasi, meski teriakan dan suara lemparan benda terus terdengar.
Bupati Sudewo Turun, Disambut Lemparan
Di tengah memanasnya aksi, Bupati Pati Sudewo akhirnya mencoba menemui massa. Ia datang dengan mengendarai mobil taktis Baracuda milik Brimob demi alasan keamanan.
Namun, kehadirannya justru memicu reaksi lebih keras. Begitu ia terlihat, massa langsung melempari mobil Baracuda dengan batu, botol, hingga sandal. Situasi pun kembali tak terkendali.
Seorang petugas dari dalam pagar kantor Pemkab sempat berteriak, "Dulur-dulu nggak komitmen," menunjukkan rasa frustrasi atas aksi yang semakin brutal.
Tuntutan dan Latar Belakang
Meski tuntutan massa belum diungkap secara resmi oleh pihak penyelenggara aksi, sumber di lapangan menyebutkan bahwa mereka menuntut transparansi anggaran, perbaikan infrastruktur, dan penyelesaian beberapa kasus sengketa tanah yang mandek.
Bupati Sudewo, yang dikenal cukup vokal di dunia politik lokal, belakangan memang kerap menjadi sorotan. Beberapa kebijakan yang dianggap tidak pro-rakyat menjadi alasan utama munculnya ketegangan dengan kelompok masyarakat tertentu.
Dampak Pasca Kericuhan
Kerusakan akibat aksi ini cukup parah. Selain mobil polisi yang hangus terbakar, sejumlah fasilitas kantor Pemkab Pati mengalami kerusakan, termasuk kaca jendela yang pecah dan pintu yang rusak akibat didorong massa. Kantor DPRD Pati pun ikut menjadi sasaran.
Pihak kepolisian telah mengamankan beberapa orang yang diduga sebagai provokator. Sementara itu, investigasi terkait pembakaran mobil dan perusakan fasilitas umum sedang dilakukan.
Reaksi Publik
Berita kericuhan ini cepat menyebar di media sosial. Tagar #PatiRicuh dan #BupatiSudewo trending di platform X (Twitter). Banyak warga yang menyayangkan aksi anarkis tersebut, meski tidak sedikit juga yang membela dan menganggap aksi massa adalah bentuk kekecewaan mendalam terhadap pemerintah daerah.
Sejumlah tokoh masyarakat berharap agar pemerintah daerah segera membuka ruang dialog dengan warga untuk meredam ketegangan.
Penutup: Potensi Gejolak Susulan
Melihat situasi yang terjadi, tidak menutup kemungkinan akan ada aksi lanjutan jika tuntutan warga tidak dipenuhi. Pihak keamanan pun diminta meningkatkan kewaspadaan di titik-titik strategis Pati untuk mencegah insiden serupa.
Bagi warga, aksi ini menjadi pelajaran bahwa penyampaian aspirasi harus dilakukan dengan cara yang tidak merugikan fasilitas umum maupun mengancam keselamatan orang lain.
_____________