Oleh: Ferry Satria – Tokoh Masyarakat Kota Sungai Penuh
Kondisi sejumlah sungai di Kota Sungai Penuh saat ini memperlihatkan air yang susut bahkan mengering di beberapa titik. Fenomena ini bukanlah tanda keberhasilan pemerintah dalam mengatasi banjir, melainkan akibat dari kemarau panjang yang melanda wilayah ini dalam beberapa bulan terakhir.
Ironisnya, di tengah kondisi alam yang kering, muncul berita di beberapa media yang mengklaim bahwa Pemerintah Kota Sungai Penuh di bawah kepemimpinan Alfin Azhar telah berhasil mengatasi banjir dalam waktu singkat. Klaim semacam ini jelas tidak akurat dan menyesatkan publik, karena tidak berdasar pada fakta lapangan maupun data teknis pengelolaan air di wilayah ini.
Kondisi Lapangan: Sungai Kering, Debit Air Turun
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak aliran sungai di Kota Sungai Penuh kini mengalami penyusutan debit air yang drastis, bahkan di beberapa titik benar-benar kering.
Fenomena ini murni disebabkan oleh kemarau panjang yang berkelanjutan, bukan karena adanya program penanganan banjir yang berhasil. Saat seharusnya wilayah ini sudah memasuki musim penghujan, kenyataannya curah hujan masih rendah dan tidak merata, bahkan memunculkan masalah baru berupa kekeringan lahan pertanian dan kebakaran hutan.
Program Penanganan Banjir Masih Parsial
Hingga kini, tidak ada program besar dan berkelanjutan dari pemerintah kota yang benar-benar diarahkan untuk penanggulangan banjir secara menyeluruh.
Kegiatan yang disebut "normalisasi sungai" hanya dilakukan di beberapa titik kecil dan tidak terintegrasi secara sistemik.
Padahal persoalan banjir di Sungai Penuh melibatkan aspek yang jauh lebih kompleks:
Sistem drainase kota yang tidak tertata,
Minimnya kolam retensi dan sumur resapan,
Lemahnya pengawasan daerah aliran sungai (DAS), serta
Alih fungsi lahan di kawasan hulu yang tidak terkendali.
Tanpa pembenahan menyeluruh pada aspek-aspek tersebut, klaim keberhasilan bebas banjir hanyalah ilusi yang tak berdasar.
Data Nyata di Lapangan
Berdasarkan laporan dari berbagai sumber:
Sekitar 40 hingga 160 hektar lahan sawah di Kota Sungai Penuh mengalami kekeringan parah.
Produksi air bersih Perumda Tirta Khayangan menurun, dan warga di sejumlah wilayah mengeluhkan suplai air PDAM yang tidak mengalir.
BMKG menyebut bahwa Sungai Penuh dan sekitarnya masih berada pada puncak musim kemarau, dengan risiko tinggi terhadap kebakaran hutan dan kekeringan di beberapa wilayah.
Fakta-fakta ini menegaskan bahwa bebas banjir saat ini bukan hasil program unggulan pemerintah, melainkan konsekuensi dari cuaca ekstrem dan lemahnya pengelolaan sumber daya air.
Visi dan Solusi yang Seharusnya Dimiliki Pemerintah
Pemerintah seharusnya memiliki visi yang komprehensif, yaitu:
Kota Sungai Penuh bebas banjir di musim penghujan dan tidak kesulitan air di musim kemarau.
Untuk mencapai visi itu, diperlukan strategi dan langkah nyata sebagai berikut:
1. Rehabilitasi Total Drainase Kota
Membangun dan menata ulang sistem drainase perkotaan agar terintegrasi antarwilayah, bukan hanya tambal sulam proyek kecil.
2. Pembangunan Kolam Retensi dan Sumur Resapan
Menyerap dan menampung air hujan saat musim penghujan untuk menjaga ketersediaan air saat kemarau.
3. Reforestasi dan Konservasi Hulu Sungai
Melakukan penghijauan dan pengawasan ketat terhadap pembukaan lahan di kawasan hulu untuk menjaga debit air.
4. Pemanfaatan Teknologi Pengelolaan Air Modern
Menggunakan sensor debit sungai, sistem peringatan dini banjir, serta digitalisasi pengawasan drainase untuk mendeteksi potensi bencana lebih awal.
5. Keterlibatan Masyarakat
Menggerakkan partisipasi warga dalam menjaga kebersihan sungai, membuat biopori, dan mengontrol pembuangan limbah ke aliran air.
_____________
liputansembilan