Situasi di Aceh Tengah kini memasuki fase sangat genting setelah beredarnya surat resmi dari Bupati Haili Yoga yang menyatakan ketidakmampuan daerah menangani dampak bencana. Surat bernomor 360/565/BPBD/2025 itu mencantumkan bahwa bencana hidrometeorologi—mulai dari banjir luapan, banjir bandang hingga tanah longsor—yang terjadi pada 26 November 2025 telah menelan 15 korban jiwa dan memukul 3.123 kepala keluarga. Informasi tersebut viral di media sosial, termasuk di akun infobandaaceh, meski keabsahan surat masih menunggu klarifikasi lebih lanjut. Pemerintah kabupaten dinilai memerlukan dukungan lebih besar dari pemerintah provinsi dan pusat karena kapasitas lokal jelas sudah terlampaui.
Dalam surat yang ditandatangani 27 November 2025 itu, Bupati Haili menegaskan bahwa eskalasi bencana berkembang jauh melampaui kemampuan penanganan darurat Pemkab. Kondisi lapangan terus berubah cepat, terutama karena sebaran bencana yang melanda 14 kecamatan. Pemerintah daerah meminta intervensi lebih masif dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh untuk memperkuat logistik, evakuasi, dan aksesibilitas. Meski begitu, upaya komunikasi pemerintah tetap mengedepankan langkah kolaboratif agar pemulihan bisa dilakukan lebih cepat dan efektif.
Data terbaru dari BPBD Aceh Tengah dan keterangan resmi Bupati Haili Yoga menunjukkan kondisi lebih berat dibanding laporan awal. Sebanyak 24 warga masih hilang dan 54.199 jiwa terpaksa mengungsi akibat terputusnya akses penting menuju pemukiman. Jumlah korban meninggal juga meningkat menjadi 21 orang. Menurut Haili, prioritas utama adalah pencarian warga hilang dan pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi. Bantuan dari pemerintah provinsi dan pusat telah masuk dengan dukungan jalur udara untuk menjangkau desa-desa terisolasi, termasuk pengiriman beras, minyak, dan kebutuhan pokok. Namun jumlahnya masih jauh dari ideal karena kebutuhan pengungsi sangat besar.
Hambatan logistik menjadi tantangan terbesar. Minimnya BBM dan 59 ruas jalan yang sulit dilalui membuat mobilisasi relawan berjalan lambat. Sebanyak 779 rumah warga rusak berat, sementara listrik dan telekomunikasi lumpuh di 14 kecamatan. Sebagian jaringan mulai pulih berkat pemasangan internet satelit, meski kualitasnya terbatas. Di sisi lain, krisis sembako dan air bersih semakin memperburuk kondisi. Prioritas penggunaan BBM kini dipusatkan untuk evakuasi warga serta distribusi bantuan.
Layanan kesehatan bergerak baru mampu melayani 402 pengungsi, sementara di pusat-pusat penampungan terdapat 1.230 balita, ibu hamil, dan ibu menyusui yang memerlukan perawatan khusus. Stok obat-obatan berada pada titik kritis, dengan persediaan antibiotik dan analgesik tersisa hanya 300 unit. Perlengkapan medis untuk pasien cuci darah diperkirakan hanya cukup hingga 3 Desember. Bupati Haili menegaskan perlunya dukungan obat-obatan dan logistik medis standar sesegera mungkin untuk mencegah krisis kemanusiaan yang lebih besar.
_____________
liputansembilan