AI Bikin Korban Tewas 4 Tahun Lalu Hidup Kembali dan Hadir di Pengadilan
Ads
scroll to continue with content

Menu Atas

Header Menu

HEADLINES
.....

AI Bikin Korban Tewas 4 Tahun Lalu Hidup Kembali dan Hadir di Pengadilan

Kamis, 29 Mei 2025

Ads

Teknologi kecerdasan buatan atau AI kembali bikin heboh dunia. Kali ini bukan soal robot yang bisa ngobrol atau aplikasi pintar yang bisa gambar-gambar, tapi soal bagaimana AI "menghidupkan" kembali seseorang yang sudah tiada—dan ditampilkan di ruang sidang!

Cerita ini datang dari Arizona, Amerika Serikat. Chris Pelkey, seorang pria berusia 37 tahun, tewas dalam insiden penembakan yang terjadi di jalan raya pada tahun 2021. Meski kasusnya sudah lama, baru pada Mei 2025 ini persidangan terhadap pelaku penembakan, Gabriel Horcasitas, digelar. Yang bikin publik terperangah? Pelkey "hadir" di ruang sidang… padahal dia sudah meninggal empat tahun lalu.

Penggunaan AI dalam Sidang: Chris Pelkey "Hadir" Lagi

Saudari Chris, Stacey Wales, punya ide yang tak biasa. Dengan bantuan berbagai rekaman video, audio, serta kumpulan foto sang kakak, Stacey menggandeng teknologi AI untuk menciptakan sebuah video pernyataan seolah-olah Chris masih hidup dan berbicara langsung di hadapan sidang.

Dalam video tersebut, versi AI dari Chris menyampaikan pesan penuh makna untuk Gabriel Horcasitas—orang yang telah merenggut nyawanya.

"Untuk Gabriel Horcasitas, pria yang menembak saya, sangat disayangkan kita bertemu dalam situasi seperti ini. Di kehidupan lain, kita mungkin bisa berteman," ujar Chris dengan wajah yang mirip aslinya. Tak hanya itu, AI versi Chris juga berkata, "Saya percaya pada pengampunan dan Tuhan maha pengampun."

Video ini diputar di ruang sidang **setelah** vonis dijatuhkan. Jadi, meski viral dan menyentuh hati, pernyataan itu tidak memengaruhi hasil akhir sidang. Horcasitas tetap dijatuhi hukuman penjara selama 10 tahun.

Hakim Tak Masalah, Justru Merasa Terharu

Hakim Todd Lang, yang memimpin persidangan, tidak mempermasalahkan penggunaan AI dalam ruang sidang. Malah, ia merasa pendekatan ini bisa menjadi semacam bentuk representasi korban. Menurutnya, video tersebut adalah cara untuk menyuarakan pesan yang mungkin belum sempat disampaikan semasa hidup.

"Saya berterima kasih pada teknologi ini," kata Lang. "Walau kamu (Chris) sebenarnya marah dan keluargamu geram, saya bisa mendengar niat pengampunan itu. Dan itu terasa tulus."

Tanggapan ini menuai banyak komentar di media sosial. Sebagian besar warganet memuji inovasi ini, karena dianggap memberikan ruang suara pada korban yang selama ini hanya diwakili oleh keluarga.

AI Mulai Diterapkan dalam Dunia Hukum

Penggunaan AI dalam persidangan Chris Pelkey hanyalah satu dari sekian banyak bukti bahwa teknologi semakin merambah dunia hukum. Arizona sendiri diketahui mulai mengadopsi AI untuk berbagai kebutuhan peradilan. Misalnya, AI digunakan untuk menyederhanakan bahasa hukum agar mudah dipahami oleh masyarakat awam.

Hal ini penting banget lho, karena bahasa hukum kadang bikin kepala puyeng. Dengan bantuan AI, keputusan pengadilan bisa diterjemahkan jadi lebih "manusiawi" dan mudah dicerna.

Brasil Juga Manfaatkan AI di Dunia Hukum

Ternyata, bukan cuma Amerika Serikat yang mencoba menyisipkan AI dalam sistem peradilan. Di belahan bumi lainnya, tepatnya di Brasil, pemerintah juga sedang gencar memanfaatkan kecerdasan buatan untuk menangani tumpukan dokumen hukum yang seabrek.

Pada Juni 2024, pemerintah Brasil mulai menggunakan layanan AI dari OpenAI—induk dari ChatGPT—untuk menganalisis dokumen-dokumen hukum yang masuk ke kantor Jaksa Agung mereka, alias Advocacia-Geral da União (AGU).

Dengan teknologi AI, para jaksa bisa mengetahui apakah sebuah kasus layak dilanjutkan atau sebaiknya dihentikan. Selain menghemat waktu, pendekatan ini juga menghemat anggaran negara, yang sebelumnya harus dibelanjakan untuk analisis manual dan birokrasi berlapis-lapis.

Identifikasi Tren, Strategi, dan Potensi Pelanggaran

Bukan cuma soal efisiensi, AI juga dimanfaatkan untuk menganalisis tren kasus hukum. Misalnya, AI bisa memetakan jenis kasus yang paling sering terjadi di wilayah tertentu, atau bahkan memperkirakan potensi pelanggaran di masa depan berdasarkan pola-pola yang ada.

Hal ini memungkinkan lembaga hukum merancang strategi yang lebih tepat sasaran dan responsif terhadap permasalahan sosial yang sedang berkembang.

Menariknya, semua layanan ini tidak dibangun dari nol oleh Brasil sendiri. Mereka menggunakan teknologi berbasis cloud dari Microsoft lewat platform Azure. Meski tidak dirinci berapa biayanya, pemerintah Brasil yakin investasi ini sangat layak dan menguntungkan dalam jangka panjang.

Tantangan Etika dan Privasi dalam Penggunaan AI

Meski banyak yang mendukung, pemanfaatan AI dalam sistem hukum tetap memunculkan sejumlah pertanyaan etis. Apakah etis "menghidupkan kembali" seseorang yang telah wafat untuk menyampaikan pesan tertentu? Apakah teknologi ini bisa disalahgunakan untuk membangun narasi yang manipulatif?

Pertanyaan lain yang tak kalah penting adalah bagaimana AI menyimpan, memproses, dan menggunakan data pribadi seseorang. Perlindungan data pribadi harus menjadi prioritas utama dalam penerapan teknologi seperti ini, apalagi jika digunakan di ruang sidang yang sensitif dan menyangkut keadilan publik.

Beberapa ahli hukum bahkan mewanti-wanti agar teknologi ini tidak menggantikan sepenuhnya peran manusia, melainkan tetap sebagai alat bantu yang digunakan secara bijak dan transparan.

Menuju Peradilan Masa Depan

Suka atau tidak, AI perlahan mulai masuk ke berbagai aspek kehidupan kita, termasuk di ruang-ruang yang dulu dianggap "sakral" seperti pengadilan. Kisah Chris Pelkey mungkin akan dikenang sebagai tonggak awal bagaimana teknologi bisa menghadirkan suara dari mereka yang sudah tiada, bukan hanya untuk menginspirasi, tapi juga memperkuat pesan tentang keadilan dan pengampunan.

Penggunaan AI di ruang sidang juga jadi pengingat bahwa teknologi, jika digunakan dengan hati dan etika, bisa membawa perubahan positif. Tapi tentu, dibutuhkan regulasi ketat, kontrol ketat, dan prinsip kehati-hatian agar manfaatnya tidak disalahgunakan.

Mungkin beberapa tahun ke depan, kita akan melihat lebih banyak lagi sidang yang menghadirkan AI—entah sebagai saksi, ahli, atau bahkan mungkin… pengacara. Siapa tahu?

_____________

Punya Kabar Menarik?

Bagikan di LiputanSembilan.com GRATIS! 🚀

Langsung tulis dan kirim tanpa login atau buat akun.


Apakah di sekitar kamu ada prestasi membanggakan, kisah inspiratif, atau acara penting yang jarang terliput media? Atau ingin mempromosikan produk dan jasa secara luas?


💡 LiputanSembilan.com membuka kesempatan bagi siapa saja untuk mengirimkan berita secara GRATIS!

✅ Berita tentang prestasi lokal, kisah unik, atau kejadian penting di komunitas Anda
✅ Promosi barang atau jasa untuk menjangkau lebih banyak orang

📢 Jangan lewatkan kesempatan ini! Kirim berita kamu sekarang dan jadilah bagian dari LiputanSembilan.com!


Kirim Berita