Viral Video Candi Borobudur Buatan AI Diduga Sindir Umrah, Ini Kata MUI
Ads
scroll to continue with content

Menu Atas

Header Menu

HEADLINES
.....

Viral Video Candi Borobudur Buatan AI Diduga Sindir Umrah, Ini Kata MUI

Kamis, 05 Juni 2025

Ads

Sebuah video promosi pariwisata Candi Borobudur tengah menjadi sorotan publik dan menuai kontroversi. Dalam video yang beredar luas di media sosial, terlihat sekelompok remaja wanita mengenakan kebaya dengan latar belakang Candi Borobudur, menyampaikan narasi yang dianggap menyindir ibadah umat Islam, khususnya haji dan umrah.



Kyai Cholil Nafis: Promosi Boleh, Tapi Jangan Singgung Ibadah

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis, angkat bicara soal video tersebut. Melalui akun X miliknya, @cholilnafis, beliau menyampaikan keprihatinannya dan memberikan peringatan keras kepada pihak-pihak yang membuat konten semacam itu. Menurutnya, promosi wisata adalah hal yang sah dan bagus, tapi jangan sampai dilakukan dengan cara menyinggung ibadah agama lain.



"Mau wisata ke Borobudur atau ke sungai silakan saja, itu hak. Tapi jangan bawa-bawa biaya umrah dan antrian haji seolah-olah ibadah itu bisa dibandingkan begitu saja," kata beliau. Pernyataan ini datang sebagai bentuk respons terhadap narasi dalam video yang menyebut haji dan umrah terlalu mahal, sedangkan "tanah suci" leluhur bisa dikunjungi dengan murah meriah.



Narasi yang Dianggap Menyindir Islam

Konten yang dimaksud menampilkan remaja dengan narasi yang menyebut: "Tanah suci nggak harus jauh. Leluhur kita juga sudah mewariskan tanah suci. Modal sejuta bisa bolak-balik. Nggak perlu antre." Kalimat ini dinilai menyindir secara langsung ibadah haji dan umrah yang memang membutuhkan dana besar dan antrean panjang. Selain itu, pernyataan seperti "Minimal umrah ke Pringgodani, Gunung Lawu, Candi Sukuh, Candi Borobudur" terdengar seolah membandingkan ibadah umat Islam dengan kegiatan spiritual budaya lokal.



KH Cholil mempertanyakan motif di balik penggunaan anak-anak dalam menyampaikan narasi tersebut. "Ini kok istilahnya umrah ya, dan yang ngomong anak-anak pula. Apa maksudnya?" tulisnya dengan nada heran. Ia menilai konten semacam ini berpotensi memecah belah dan menciptakan ketegangan antarumat beragama.



Kebebasan Beragama Dijamin, Tapi Jangan Disalahgunakan

Dalam penjelasannya, KH Cholil mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi kebebasan beragama, dan itu diatur serta dilindungi dalam konstitusi dan Pancasila. Namun, kebebasan tersebut bukan berarti bebas menyindir atau merendahkan praktik keagamaan orang lain demi kepentingan apapun, termasuk pariwisata.



"Toh kita menganut bebas menjalankan ajaran agama masing-masing. Dasarnya Pancasila. Jadi kalau mau promosikan budaya atau wisata, jangan sentuh yang sakral dari agama lain," tegas Kyai Cholil. Ia juga mengajak masyarakat agar lebih bijak dalam menyaring konten yang beredar di media sosial dan tidak mudah terprovokasi.



Video Promosi Itu dari Akun TikTok

Video yang dimaksud awalnya diunggah oleh akun TikTok @Ngobrol Santai Indonesia. Berdurasi sekitar 1 menit 30 detik, video ini menampilkan sekelompok remaja perempuan dalam balutan kebaya tradisional, berdiri anggun dengan latar Candi Borobudur. Sambil tersenyum, mereka mengucapkan kata-kata yang bernuansa satire terhadap budaya "Tanah Suci" yang diasosiasikan dengan ibadah Islam.



Narasi video tersebut antara lain berbunyi: "Punya keris kok takut. Sama kembang takut. Bakar dupa kemenyan takut. Pakai blangkon ikat malu. Kebudayaan kita nggak kurang Tanah Suci." Kata-kata ini dianggap menyinggung karena membandingkan praktik spiritual lokal dengan ibadah Islam yang telah memiliki aturan dan makna yang sangat dalam bagi pemeluknya.



Reaksi Netizen Beragam, Tapi Mayoritas Kritik

Setelah video ini viral, reaksi dari warganet pun bermunculan. Banyak yang mengkritik video tersebut karena dianggap merendahkan agama Islam secara halus. Beberapa juga menyesalkan keterlibatan remaja dalam konten yang bisa mengandung unsur provokatif. "Kenapa anak-anak dibawa-bawa buat nyindir agama orang?" tulis seorang pengguna X dengan nada kecewa.



Meski ada sebagian yang menyatakan bahwa video tersebut hanya bentuk ekspresi kebudayaan dan bukan sindiran, namun secara umum publik menilai bahwa konten seperti ini sebaiknya tidak dipublikasikan karena bisa menimbulkan kegaduhan agama.



Pentingnya Etika dalam Konten Pariwisata

Konten kreator dan pihak yang terlibat dalam industri pariwisata sejatinya memiliki tanggung jawab moral untuk menyampaikan pesan dengan cara yang bijak dan beretika. Mempromosikan keindahan budaya lokal seperti Candi Borobudur, Prambanan, atau tempat-tempat spiritual di Nusantara adalah hal yang positif. Tapi ketika narasi promosi mulai menyinggung kepercayaan agama lain, di situlah batas yang tidak boleh dilanggar.



Apalagi di negara seperti Indonesia yang sangat plural, menyusun narasi harus sangat hati-hati. Ketika agama dibawa dalam konteks komparatif atau bahkan satire, potensi konflik sosial bisa muncul. Dan hal seperti ini bukan hanya merugikan masyarakat, tapi juga merusak citra dari pariwisata lokal itu sendiri.



Ajakan untuk Kembali pada Nilai-Nilai Pancasila

KH Cholil pun mengingatkan kembali pentingnya nilai-nilai Pancasila, terutama dalam menjaga harmoni antarumat beragama. Pancasila bukan hanya dasar negara, tapi juga fondasi moral dan etika dalam hidup bermasyarakat di Indonesia.



"Kalau kita benar-benar menjunjung Pancasila, maka semestinya saling menghormati antaragama menjadi prioritas. Promosi budaya harus bisa berdampingan, bukan saling sindir," tegasnya. Pernyataan ini sekaligus menjadi pengingat bahwa kebhinekaan Indonesia harus dijaga dengan tindakan nyata, bukan sekadar slogan.



Penutup: Harmoni Bisa Tercipta Lewat Konten yang Cerdas

Konten promosi wisata seharusnya menjadi jembatan yang memperkenalkan keindahan budaya dan sejarah nusantara tanpa harus menyinggung keyakinan orang lain. Video promosi Candi Borobudur yang kini ramai diperbincangkan semoga menjadi pelajaran bagi semua pihak, bahwa kreativitas dalam promosi harus disertai dengan rasa hormat terhadap keberagaman.



Dengan memadukan budaya, sejarah, dan narasi yang inklusif, Indonesia bisa menunjukkan kepada dunia bahwa kita mampu menjaga warisan leluhur sekaligus menghargai semua kepercayaan yang ada. Seperti kata Kyai Cholil: silakan wisata, tapi jangan sentuh sakralitas agama lain. Mari jaga damai bersama.

_____________

Punya Kabar Menarik?

Bagikan di LiputanSembilan.com GRATIS! 🚀

Langsung tulis dan kirim tanpa login atau buat akun.


Apakah di sekitar kamu ada prestasi membanggakan, kisah inspiratif, atau acara penting yang jarang terliput media? Atau ingin mempromosikan produk dan jasa secara luas?


💡 LiputanSembilan.com membuka kesempatan bagi siapa saja untuk mengirimkan berita secara GRATIS!

✅ Berita tentang prestasi lokal, kisah unik, atau kejadian penting di komunitas Anda
✅ Promosi barang atau jasa untuk menjangkau lebih banyak orang

📢 Jangan lewatkan kesempatan ini! Kirim berita kamu sekarang dan jadilah bagian dari LiputanSembilan.com!


Kirim Berita