Voyager Temukan "Dinding Kelvin", Bukti Batas Terakhir Tata Surya?
Ads
scroll to continue with content

Menu Atas

Header Menu

HEADLINES
.....

Voyager Temukan "Dinding Kelvin", Bukti Batas Terakhir Tata Surya?

Selasa, 24 Juni 2025

Ads

Pesawat legendaris milik NASA, Voyager, kembali membuat publik terperangah. Di usia yang nyaris setengah abad, si veteran luar angkasa ini ternyata belum pensiun dan malah mengirim kabar mengejutkan dari tepi tata surya kita. Dalam unggahan akun X @MAstronomers tanggal 21 Juni 2025, Voyager mendeteksi keberadaan zona panas ekstrem yang dijuluki "dinding Kelvin", dengan suhu antara 30.000 hingga 50.000 Kelvin—itu setara 54.000 sampai 90.000 derajat Fahrenheit, bro!

Yang menarik, zona panas ini bukan dinding fisik kayak di film sci-fi, melainkan wilayah plasma superpanas yang muncul dari adu kekuatan antara angin matahari dan partikel dari ruang antargalaksi. Bayangkan aja: Voyager lagi nyelonong keluar dari gelembung heliosphere—lapisan pelindung tata surya kita—lalu mendadak masuk ke "zona panas" yang bisa bikin kamu matang seketika kalau kamu bukan pesawat.

Dalam gambar yang dibagikan di postingan itu, terlihat Voyager seperti titik mungil di tengah cahaya merah menyala dengan taburan bintang di sekitarnya. Warna merah menyala itu diyakini menggambarkan kawasan plasma panas yang baru saja ia lewati. Keren dan sedikit bikin merinding, karena itu adalah wilayah yang sangat jauh dan sangat asing dari perspektif manusia.

Voyager sendiri diluncurkan sejak 1977 dan sekarang berada di wilayah luar heliopause—batas terakhir heliosphere sebelum memasuki ruang antar-bintang. Jadi wajar saja kalau data-data yang dikirimnya sekarang makin absurd dan mindblowing. Bayangkan, alat yang diciptakan lima dekade lalu masih sempat-sempatnya kirim info suhu ribuan derajat Kelvin. Heliopause ini bisa dibilang benteng terakhir tata surya sebelum "lautan kosmik" yang tak terjamah.

Meski suhu di zona itu gila-gilaan, tapi Voyager tetap aman. Soalnya, meski panas, wilayah ini punya kepadatan partikel yang sangat rendah. Jadi beda dengan panas di oven rumah—lebih mirip kayak sinar yang gak banyak bisa menghantarkan energi karena saking jarangnya partikel di sana. Tapi tetap aja, ini bukti nyata betapa luas dan ekstremnya alam semesta yang kita tempati.

Dari sisi ilmiah, temuan ini penting banget. Ini menambah pemahaman soal peran heliosphere sebagai tameng alami Bumi dari radiasi kosmik. Apalagi, dengan data ini, ilmuwan bisa lebih siap merancang misi-misi luar angkasa ke wilayah yang bahkan belum kita bayangkan sebelumnya. Bisa aja nanti ada misi manusia ke zona ini di masa depan—atau minimal kirim robot-robot generasi baru yang lebih canggih dari Voyager.

Di media sosial, netizen pun ramai berkomentar. Ada yang terharu dengan daya tahan Voyager, sampai-sampai bilang, "Laptop saya tiga tahun udah ngadat, Voyager 50 tahun masih kirim data!" Ada juga yang iseng nyambungin fenomena ini dengan dunia Star Trek, seolah-olah NASA sedang menemukan babak baru dari kisah fiksi ilmiah.

NASA sendiri mengakui kalau daya listrik Voyager makin terbatas, tapi mereka tetap memprioritaskan instrumen penting biar data dari ujung tata surya tetap mengalir. Voyager 1 dan 2 masing-masing menembus heliopause pada 2012 dan 2018. Kini, keduanya seperti sepasang penjelajah sunyi yang terus memberi tahu kita: "Masih banyak hal menakjubkan di luar sana."

_____________

Punya Kabar Menarik?

Bagikan di LiputanSembilan.com GRATIS! 🚀

Langsung tulis dan kirim tanpa login atau buat akun.


Apakah di sekitar kamu ada prestasi membanggakan, kisah inspiratif, atau acara penting yang jarang terliput media? Atau ingin mempromosikan produk dan jasa secara luas?


💡 LiputanSembilan.com membuka kesempatan bagi siapa saja untuk mengirimkan berita secara GRATIS!

✅ Berita tentang prestasi lokal, kisah unik, atau kejadian penting di komunitas Anda
✅ Promosi barang atau jasa untuk menjangkau lebih banyak orang

📢 Jangan lewatkan kesempatan ini! Kirim berita kamu sekarang dan jadilah bagian dari LiputanSembilan.com!


Kirim Berita