Isu runtuhnya dinasti politik Jokowi kembali mencuat ke permukaan. Jurnalis senior Hersubeno Arief menilai bahwa masa kejayaan politik Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, kini tinggal menghitung hari. Dinasti yang telah ia bangun sejak 2019 perlahan mulai goyah seiring keputusan besar yang diambil oleh Presiden Prabowo Subianto. Prabowo secara mengejutkan memberikan Amnesti kepada Hasto Kristiyanto serta Abolisi kepada Tom Lembong—dua nama penting yang selama ini punya kedekatan khusus dengan kubu PDIP dan dianggap sebagai lawan Jokowi.
Momen pemberian Amnesti kepada Hasto menjadi titik balik dramatis. Arief mengungkapkan bahwa komunikasi intensif telah terjadi antara Istana Presiden dengan kediaman Megawati Soekarnoputri. Hasilnya cukup mengejutkan: Megawati—yang semula bersikap pasif—kini memberikan dukungan terbuka terhadap pemerintahan Prabowo. Dalam Kongres PDIP yang digelar di Nusa Dua, Bali, Ketua Umum PDIP itu menyampaikan bahwa partainya tidak akan menjadi oposisi. Keputusan ini otomatis mengubah peta politik nasional secara signifikan.
Menurut Hersubeno, dinamika ini adalah wujud dari tarik-menarik kekuatan antara tiga tokoh utama: Jokowi, Megawati, dan Prabowo. Posisi Jokowi yang sebelumnya dominan, kini mulai terpinggirkan. PDIP tidak jadi oposisi adalah pernyataan politik yang sangat keras dampaknya bagi Jokowi. Terlebih lagi, Megawati kini disebut-sebut tidak hanya menjabat sebagai ketua umum, tapi juga merangkap Sekretaris Jenderal partai—menjadikannya figur yang sangat kuat di internal PDIP.
Pergeseran dukungan Megawati ini sekaligus menandakan penyatuan kembali antara dirinya dan Prabowo, dua tokoh yang pernah berada di garis politik berseberangan. Penyatuan ini, menurut Arief, menjadi tamparan keras bagi Jokowi. Dalam narasi yang disampaikannya lewat kanal YouTube, Arief menegaskan bahwa kekuatan Jokowi mulai luntur, walau ia masih memiliki sejumlah loyalis yang tersebar di kabinet dan lembaga pemerintahan. Namun, relasi antara dirinya dan Megawati tidak lagi harmonis seperti dulu.
Arief menambahkan bahwa bila PDIP nantinya resmi masuk ke dalam kabinet Prabowo, maka kekuatan politik Presiden saat ini akan semakin solid. Tapi langkah itu bukan tanpa konsekuensi. Masuknya PDIP ke dalam pemerintahan akan memaksa reshuffle kabinet, khususnya terhadap tokoh-tokoh loyalis Jokowi. Meski demikian, Arief juga mengingatkan bahwa reshuffle tidak bisa dilakukan sembarangan karena menyangkut keseimbangan kekuasaan dan representasi antarpartai politik.
Meski kondisi Jokowi terlihat melemah, bukan berarti ia akan menyerah begitu saja. Arief menyebut bahwa mantan gubernur DKI Jakarta itu masih mencoba mencari celah untuk tetap relevan dalam arena politik. Namun, efek domino dari Amnesti dan Abolisi yang diberikan Prabowo sudah kadung menyudutkan posisinya. Bahkan menurut analisis Arief, amnesti kepada Hasto merupakan langkah strategis yang mampu menggeser dukungan PDIP sepenuhnya.
Apa yang kini terjadi bisa dibilang sebagai pukulan telak bagi Jokowi. Dari posisi sebagai pusat kekuasaan, kini ia harus menghadapi realita politik baru di mana Megawati dan Prabowo bersatu. Sementara ia harus mempertahankan sisa-sisa kekuatan yang masih bisa ia jaga. Dinasti politik yang dibangunnya selama dua periode pemerintahan kini terancam bubar akibat manuver politik lawan-lawan lamanya yang bersekutu kembali. Posisi Jokowi melemah, dan Arief menyebut ini sebagai masa-masa kritis dalam karier politiknya.
_____________