Pengamat politik Rocky Gerung kembali menjadi sorotan setelah komentarnya mengenai pembebasan Hasto Kristiyanto dan Tom Lembong. Ia menilai keputusan Presiden Prabowo Subianto memberi amnesti dan abolisi kepada keduanya sebagai bentuk kematangan politik dan penanda bergesernya kekuatan politik nasional. Rocky menyebut, setelah isu pembebasan tersebut mencuat, publik akan kembali menggulirkan dua isu besar: Fufufafa dan dugaan ijazah palsu Presiden Jokowi.
Isu Fufufafa sendiri mengacu pada sebuah akun KasKus yang dikenal sering melontarkan ujaran kebencian terhadap Prabowo sebelum menjadi Presiden. Akun ini ramai dikaitkan dengan Gibran Rakabuming Raka, yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden. Meski belum ada konfirmasi resmi, pembahasan mengenai Fufufafa terus menjadi perbincangan di ruang digital dan publik, terutama karena berkaitan langsung dengan legitimasi moral pemimpin negara.
Menurut Rocky, amnesti terhadap Hasto dan abolisi bagi Tom Lembong adalah gempa politik yang resonansinya terasa hingga ke Solo—sebuah istilah sindiran Rocky yang merujuk langsung pada Presiden ke-7 RI, Joko Widodo. Bagi Rocky, keputusan ini menandai kedekatan Prabowo dengan PDIP, yang bisa jadi sinyal pergeseran arah politik nasional. Sebaliknya, Jokowi, yang telah pecah kongsi dengan PDIP, makin tersudut dalam posisi kekuasaan yang semakin melemah.
Rocky menilai bahwa sejak awal kasus yang menimpa Hasto dan Tom Lembong lebih merupakan bentuk kriminalisasi karena peran dan afiliasi politik mereka. Tom Lembong, misalnya, dikaitkan dengan ekonomi pasar dan kapitalisme, sementara Hasto dilihat sebagai kader penting PDIP yang keberadaannya dianggap berbahaya oleh kekuatan politik lawan. "Kasus mereka adalah upaya membendung munculnya kader-kader PDIP yang progresif," ujar Rocky.
Dalam pandangannya, tindakan Prabowo mencerminkan pemahaman bahwa politik tidak boleh menjadi alat balas dendam. "Presiden menunjukkan bahwa ia paham, tekanan politik tidak bisa jadi dalih untuk menjatuhkan seseorang," kata Rocky. Menurutnya, Prabowo mulai menunjukkan kualitas sebagai pemimpin yang mampu merespons kritik publik, termasuk dari netizen dan pengamat asing, serta mulai berusaha membentuk citra politiknya sendiri, lepas dari bayang-bayang Jokowi.
Kritik pun diarahkan kepada Prabowo yang sempat terlihat "terlalu menghormati" Jokowi, salah satunya saat Prabowo sowan ke Jokowi sebelum hadir dalam penutupan Kongres PSI. Rocky menilai publik mulai tak nyaman dengan sikap tersebut dan ingin Prabowo tampil lebih otentik sebagai pemimpin era baru. "Ada tekanan moral dari publik agar Prabowo menunjukkan bahwa ini adalah masa kepemimpinannya sendiri, bukan kelanjutan dari era Jokowi," ujarnya.
Selain Fufufafa, isu lain yang diprediksi akan kembali mencuat adalah dugaan ijazah palsu Jokowi. Rocky menyebut kedua isu itu sebagai pengetahuan kolektif yang tidak akan padam sampai dibuktikan kebenarannya. Dalam benak masyarakat, katanya, sudah tertanam persepsi bahwa Jokowi adalah sosok politikus dengan perangai yang cenderung tidak jujur. Ia bahkan menyebutnya sebagai "perangai politik pembohong."
Rocky menyimpulkan bahwa ada kesadaran politik baru di tengah publik. Masyarakat kini tidak lagi diam, melainkan aktif menekan dan mengawal pemerintahan. Isu-isu besar seperti Fufufafa dan ijazah palsu dianggap sebagai simbol kebangkitan kesadaran publik untuk menuntut transparansi dan kejujuran dari para pemimpin nasional.
_____________