Permintaan maaf ini bukan datang begitu saja. Ada peran penting dari Jenderal (Purn) Dudung Abdurachman, yang saat ini dipercaya sebagai Penasihat Khusus Presiden di bidang Pertahanan Nasional. Dudung yang dulu dikenal sebagai Panglima Kostrad, kini duduk di lingkaran dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Dan, ternyata, cara Dudung menegur Hercules nggak biasa.
Sempat Ngomong Keras, Hercules Akhirnya Luluh
Sebelumnya, Hercules sempat ramai diperbincangkan karena omongannya yang menyebut Sutiyoso "bau tanah". Ucapan ini bikin geger, apalagi karena menyangkut nama besar dalam dunia militer dan intelijen Indonesia. Imbasnya, nama Gatot Nurmantyo dan Yayat Sudrajat pun ikut terseret karena mereka ikut angkat bicara soal itu.
Hercules, dengan gayanya yang blak-blakan, awalnya malah sempat sesumbar nggak takut sama Gatot dan Yayat. Tapi semua berubah waktu Dudung turun tangan langsung. Melalui sebuah panggilan video call, Dudung mengajak Hercules ngobrol, tapi nggak sekadar ngobrol biasa—Dudung pakai bahasa Tetun!
Bahasa Tetun Jadi Kunci Pendekatan
Nah, ini yang menarik. Dudung nggak langsung marah-marah atau pakai gaya militer keras. Dia justru pakai pendekatan yang unik: bahasa Tetun, bahasa resmi di Timor Leste. Buat yang belum tahu, bahasa Tetun adalah bagian dari rumpun Austronesia dan punya pengaruh kuat dari bahasa Portugis. Dudung paham betul, ini bisa jadi cara yang lebih menyentuh dan personal, mengingat latar belakang Hercules.
Dalam obrolan itu, Dudung nggak cuma menyampaikan teguran, tapi juga membawa pesan langsung dari Presiden Prabowo. Isi pesannya cukup jelas: ormas-ormas yang meresahkan masyarakat, menekan rakyat kecil, dan melakukan pemalakan, nggak akan ditolerir.
Pesan Prabowo: Bantu Rakyat, Jangan Malak!
"Kalau bantu masyarakat, meningkatkan kesejahteraan, itu bagus. Tapi kalau malah bikin susah, menekan, atau memalak, itu harus dihentikan," begitu kira-kira isi pesan Presiden yang disampaikan Dudung.
Pesan ini sebenarnya relevan banget di tengah banyaknya ormas yang kadang kebablasan. Presiden Prabowo menegaskan, organisasi masyarakat harus jadi bagian dari solusi, bukan malah nambah beban. Pesan ini sekaligus jadi sinyal buat semua pihak, bahwa pemerintah serius mengawasi peran organisasi masyarakat di lapangan.
Hercules Klarifikasi dan Buka Suara
Mendengar teguran itu, Hercules pun langsung merespons dengan nada lebih kalem. Dia bilang, selama ini GRIB Jaya—organisasi yang dia pimpin—justru aktif membantu masyarakat yang terkena bencana atau kesulitan. "Kami hadir di mana-mana kalau ada kesusahan. Bukan menekan rakyat," katanya.
Ia juga menyampaikan harapan agar GRIB bisa terus berjalan sejalan dengan program-program pemerintah. Ucapan ini seperti bentuk klarifikasi dan permintaan maaf secara tidak langsung ke publik dan tokoh-tokoh yang merasa tersinggung atas pernyataannya yang lalu.
Dudung: Tegas tapi Tetap Mengedepankan Dialog
Di sisi lain, Dudung juga menjelaskan kenapa dia memilih untuk menegur Hercules lewat pendekatan yang halus. Menurutnya, komunikasi yang baik bisa jauh lebih efektif daripada konfrontasi. Dudung sadar, meskipun Hercules punya gaya keras, tapi jika diajak ngobrol dari hati ke hati—dan pakai pendekatan budaya—hasilnya bisa jauh lebih baik.
Dengan gaya ini, Dudung bukan cuma menyelesaikan konflik, tapi juga memberikan contoh bahwa penyelesaian masalah sosial bisa dilakukan lewat dialog. Apalagi dengan tokoh yang punya pengaruh kuat seperti Hercules.
Pentingnya Peran Tokoh Ormas di Masyarakat
Kisah ini juga bisa jadi pelajaran buat kita semua, terutama buat para tokoh dan aktivis ormas. Bahwa kekuatan bukan hanya soal fisik atau pengaruh massa, tapi juga soal tanggung jawab sosial. Ketika seorang pemimpin ormas bicara sembarangan, dampaknya bisa luas. Tapi di sisi lain, kalau diarahkan dengan benar, ormas bisa jadi kekuatan positif yang luar biasa.
Saat ini, pemerintah sedang fokus pada pembangunan nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini, ormas seperti GRIB Jaya bisa ambil bagian penting, asal tetap fokus pada kegiatan sosial dan bukan politik praktis atau praktik premanisme.
Penutup: Konflik Selesai, Saatnya Kolaborasi
Setelah semua drama dan pernyataan keras, kini suasananya mulai adem. Hercules sudah minta maaf, Dudung sudah memberikan ruang klarifikasi, dan pemerintah juga sudah memberikan sinyal jelas tentang arah kebijakan terkait ormas. Semoga ini jadi titik balik yang baik, dan bukan sekadar "angin lalu".
Dengan berakhirnya konflik ini, semoga semua pihak—baik tokoh masyarakat, ormas, maupun pemerintah—bisa lebih fokus untuk berkolaborasi demi rakyat. Bukan lagi soal siapa yang lebih kuat, tapi siapa yang paling banyak memberikan manfaat.
Sumber: tribunnews
_____________