Kejanggalan Pertama: Pembanding Tak Terverifikasi
Rismon mengungkap kejanggalan pertama bahwa ijazah Jokowi hanya diuji berdasarkan pembanding dari empat alumni UGM tanpa verifikasi otentikasi terhadap dokumen pembanding itu sendiri. "Kalau cuma disebut identik, itu tidak membuktikan keaslian," ujar Rismon dalam perbincangan di kanal YouTube Refly Harun. Ia mempertanyakan mengapa identitas alumni pembanding itu tidak dipublikasikan ke publik.
Bahkan, ia menuduh bahwa pembanding tersebut bisa berasal dari orang-orang yang dekat dengan Presiden. Hal ini membuat hasil uji forensik dianggap tidak obyektif. Ijazah Jokowi UGM pun kembali jadi sorotan setelah penjelasan Bareskrim yang dianggap tidak transparan.
Kejanggalan Kedua: Tidak Ada Uji Kertas dan Tinta
Masuk ke poin kedua, Rismon menyoroti absennya uji terhadap kertas dan tinta ijazah. Ia menyayangkan bahwa uji karbon dan penanggalan tinta tidak dilakukan untuk memastikan usia dokumen. "Ini justru langkah penting dalam otentikasi. Tanpa uji ini, tidak lengkap," ungkapnya.
Menurutnya, uji karbon terhadap kertas dan analisa tinta sangat mungkin dilakukan dengan teknologi saat ini. Namun dalam paparan Bareskrim, justru tidak ada satu pun penjelasan terkait metode ilmiah yang digunakan untuk menguji komponen dasar dokumen tersebut. "Harusnya kita mendengar istilah-istilah ilmiah, bukan sekadar kata 'identik'," sindirnya.
Kejanggalan Ketiga: Warna Kertas Tidak Seragam
Rismon kemudian membahas perbedaan warna pada dokumen-dokumen milik Jokowi yang ditampilkan polisi. Beberapa dokumen terlihat kuning dan buram, sementara lainnya tampak putih bersih. "Kalau ini dokumen dari era 80-an, seharusnya warnanya seragam, kekuningan semua," katanya.
Ia juga menyoroti warna skripsi Jokowi, yang menurutnya tidak konsisten antara bagian prakata dan isi utama. "Ada perbedaan visual mencolok. Ini menimbulkan tanda tanya besar. Apakah ini rekonstruksi baru?" ucapnya. Ia pun menduga ada kemungkinan dokumen itu dibuat ulang dengan perangkat modern seperti Microsoft Word.
Kejanggalan Keempat: Lembar Pengesahan Terlalu Rapi
Hal yang paling mencolok menurut Rismon adalah tampilan lembar pengesahan skripsi Jokowi. Ia mempertanyakan kerapatan titik-titik pada dokumen tersebut, yang menurutnya tidak mungkin dihasilkan oleh mesin cetak manual zaman dulu (handpress). "Kalau memang pakai handpress tahun 1985, kenapa hasilnya bisa sehalus dan serapi itu?" tanyanya.
Menurutnya, desain dan hasil cetakan lembar pengesahan itu justru mirip dengan hasil ketikan modern. Ia pun membandingkan hasil dokumen asli tersebut dengan hasil rekonstruksi digital yang ia buat sendiri. "Sama persis dengan hasil Word sekarang. Jadi, ini harusnya bisa dijelaskan secara forensik, tapi tidak dilakukan," tegasnya.
Publik Masih Terbelah
Kontroversi mengenai keaslian ijazah Jokowi memang sudah lama bergulir, namun selalu memancing perhatian publik setiap kali ada pernyataan baru. Kali ini, hasil analisis dari Polri yang menyebut ijazah Jokowi asli justru mendapat tanggapan sinis dari pihak-pihak yang sejak awal meragukannya.
Rismon, bersama Roy Suryo dan dr. Tifa, menjadi tiga figur yang paling vokal mengkritisi keabsahan dokumen pendidikan kepala negara. Mereka menilai ada banyak pertanyaan yang belum dijawab secara ilmiah maupun transparan.
Tuntutan Untuk Audit Independen
Melihat polemik yang belum usai ini, beberapa pihak mulai mendorong agar dilakukan audit forensik oleh lembaga independen. Tujuannya, agar tidak ada lagi prasangka dan opini yang terpolarisasi. "Kalau memang yakin asli, kenapa takut diaudit terbuka oleh lembaga luar?" ujar salah satu komentar netizen di media sosial.
Audit forensik independen dianggap sebagai solusi netral untuk mengakhiri kontroversi yang bisa menggerus kepercayaan publik terhadap institusi hukum maupun pemerintah.
_____________