Kabar duka menyelimuti dunia dakwah tanah air. Pendakwah kondang, Ustadz Yahya Waloni, wafat pada hari Jumat, 6 Juni 2025. Beliau menghembuskan napas terakhirnya dalam kondisi yang sangat mulia—saat menyampaikan khutbah sebagai khatib Jumat. Meninggal di hari Jumat saja sudah dianggap penuh berkah, apalagi saat sedang berdakwah di mimbar khutbah, dan bertepatan pula dengan 10 Dzulhijjah, Hari Raya Idul Adha.
Wafat dalam Keadaan Mulia
Hari Jumat memang dikenal sebagai hari istimewa dalam Islam. Banyak ulama mengatakan, siapa pun yang meninggal di hari Jumat akan mendapat kemuliaan tersendiri. Maka tak heran jika wafatnya Ustadz Yahya Waloni langsung membuat banyak tokoh Islam angkat bicara, memberikan doa dan kenangan manis tentang sosoknya.
Salah satunya adalah Ustadz Yusuf Mansur. Lewat akun Instagram pribadinya, @yusufmansurnew, beliau menulis, "Indah banget wafatnya. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun. Selamat jalan saudara kami, guru kami... Banyak kenangan di tahun-tahun terakhir..."
Kenangan dari Ustadz Abdul Somad
Tak ketinggalan, Ustadz Abdul Somad (UAS) juga membagikan kisah dan kenangannya tentang Ustadz Yahya Waloni. Dalam unggahannya di akun @ustadzabdulsomadofficial, UAS menulis dengan penuh haru tentang betapa sederhananya hidup sang dai meskipun dulunya seorang rektor dengan kehidupan yang mapan.
"Beliau wafat hari Jumat. Khatib Jumat. Hari mulia 10 Dzulhijjah. Bulan mulia," tulis UAS. Ia kemudian menceritakan perjalanan hidup Ustadz Yahya Waloni yang menarik perhatian banyak orang.
Dari Rektor ke Pendakwah Jalanan
Perjalanan Ustadz Yahya Waloni tidak biasa. Sebelum dikenal luas sebagai mualaf dan pendakwah, beliau adalah seorang rektor dengan penghasilan besar. Namun semuanya berubah ketika beliau mendapatkan hidayah. Setelah masuk Islam, beliau tidak hanya beriman secara pribadi, tetapi juga turun langsung berdakwah ke berbagai pelosok daerah—kadang mengemudi sendiri, tanpa asisten atau fasilitas mewah.
Salah satu kisah menyentuh datang dari perjalanan dakwahnya ke Jambi. UAS mengenang ketika mobil pribadi Ustadz Yahya rusak parah karena jarang diservis. Bahkan, mobil itu ternyata belum lunas cicilannya. Saat ditawarkan mobil baru oleh tim UAS Jambi, beliau menolak. Ketika ditawari tinggal di apartemen pun, beliau lebih memilih rumah kontrakan. Sungguh, ia memandang dunia ini tak lebih dari "setengah sayap nyamuk", kata UAS.
Pendakwah yang Lantang dan Tegas
Tak hanya dikenal karena cerita hijrahnya, Ustadz Yahya Waloni juga dikenal sebagai pendakwah yang berani dan lantang dalam menyampaikan kebenaran. Ia tak segan membela ulama lain yang sedang dalam tekanan. Bahkan saat UAS mendapat perlakuan tidak menyenangkan seperti persekusi dan laporan hukum, Yahya Waloni tetap berdiri di garis depan untuk membelanya.
"Beliau hanya takut pada Allah," tulis UAS. Ungkapan itu seolah menggambarkan karakter sejati dari Ustadz Yahya Waloni yang tidak gentar pada tekanan duniawi dan lebih mementingkan kebenaran di mata Allah SWT.
Hari Wafatnya Penuh Simbol
Meninggalnya Ustadz Yahya Waloni tidak terjadi begitu saja, tapi penuh makna. Ia wafat sebagai khatib Jumat, di hari Jumat, saat Idul Adha yang jatuh pada 10 Dzulhijjah. Kombinasi ini membuat banyak orang melihatnya sebagai tanda kemuliaan yang diberikan Allah.
Hari Jumat disebut sebagai "sayyidul ayyam" atau rajanya hari dalam Islam. Sedangkan Idul Adha adalah momen besar yang penuh nilai pengorbanan. Wafat dalam suasana seperti ini tak ubahnya meninggalkan dunia dengan cara yang sangat terhormat dan berkesan.
Doa dan Duka dari Masyarakat
Berita meninggalnya Ustadz Yahya Waloni langsung menyebar cepat di media sosial. Ucapan duka dan doa terus mengalir dari netizen, tokoh agama, hingga masyarakat umum. Banyak yang merasa kehilangan sosok dai yang selalu tampil penuh semangat dalam menyampaikan ceramah.
"Beliau memang sering kontroversial, tapi tak bisa dipungkiri bahwa semangat dakwahnya luar biasa. Insya Allah wafatnya husnul khatimah," tulis salah satu netizen di kolom komentar unggahan Ustadz Yusuf Mansur.
Warisan Dakwah yang Menginspirasi
Meski telah tiada, jejak dakwah Ustadz Yahya Waloni akan terus dikenang. Banyak video ceramah dan kisah perjuangan yang tersebar di YouTube dan media sosial, menjadi inspirasi bagi umat Islam untuk terus meneguhkan keimanan dan menyebarkan dakwah.
Ia mengajarkan bahwa hidayah bisa datang kepada siapa saja, kapan saja, dan dari latar belakang apa pun. Ustadz Yahya membuktikan bahwa perubahan hidup menuju kebaikan tak hanya mungkin, tapi juga bisa dilakukan secara totalitas.
Tak banyak yang bisa meninggalkan dunia dalam kondisi sesempurna itu—menjadi khatib, di hari Jumat, saat Idul Adha, dengan meninggalkan banyak kenangan inspiratif. Wafat di hari mulia seakan menjadi bentuk penghormatan dari langit untuk perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan dan pengorbanan.
Selamat jalan Ustadz Yahya Waloni. Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadahmu, mengampuni segala dosa, dan menempatkanmu di sisi-Nya bersama para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang saleh. Aamiin ya Rabbal 'alamiin.
_____________