Menurut Aria Bima, pernyataan semacam itu tidak memberikan solusi atas persoalan riil yang sedang dihadapi masyarakat, terutama dalam konteks ekonomi. Ia menilai rakyat lebih membutuhkan tindakan konkret daripada opini politis yang justru berpotensi memperkeruh suasana.
"Pernyataan seperti itu tidak membantu mengatasi meningkatnya pengangguran atau memperbaiki daya beli masyarakat yang sedang menurun," ujar Aria saat ditemui di Gedung Nusantara II, Kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (15/7/2025).
Aria menyampaikan bahwa saat ini Indonesia tengah menghadapi tantangan berat akibat gejolak ekonomi global maupun tekanan domestik. Dalam situasi semacam ini, rakyat justru mendambakan ketenangan, kepastian, dan langkah-langkah nyata dari para pemimpin, bukan komentar yang menyentuh ranah pribadi atau bersifat defensif.
Meski mengkritisi pernyataan Jokowi, Aria Bima tidak serta-merta menyalahkan secara personal. Ia justru menilai, sebagai tokoh nasional, Jokowi seharusnya memahami bahwa dalam dunia politik penuh intrik, perbedaan pandangan adalah hal wajar.
"Politik memang sering kali dipenuhi dengan saling menegasikan. Di PDIP pun kita kerap membahas soal bagaimana hukum dipolitisasi. Tapi kita tidak menyampaikan itu sebagai keluhan pribadi," kata Aria.
Ia kemudian menyinggung soal polemik ijazah palsu yang menyeret nama sejumlah tokoh serta dorongan dari sejumlah pihak agar Wapres Gibran dimakzulkan. Menurutnya, Jokowi sebagai ayah sekaligus mantan kepala negara, sebaiknya menyikapi secara tenang dan bijak, bukan malah memberikan kesan membela diri.
"Urusan seperti ijazah palsu atau isu pemakzulan mestinya dicerna sebagai dinamika politik yang biasa. Jangan dibawa menjadi keluh kesah pribadi, karena itu tidak dibutuhkan rakyat sekarang," tambahnya.
Aria menekankan bahwa masyarakat saat ini sedang menghadapi banyak persoalan yang lebih mendesak, termasuk menurunnya lapangan pekerjaan dan ancaman inflasi. Ia mendorong agar Presiden ke-7 RI itu lebih memilih bersuara untuk hal-hal yang berdampak langsung terhadap kehidupan rakyat.
"Rakyat tidak butuh keluh kesah pemimpin. Yang dibutuhkan adalah dukungan moral dan solusi untuk menghadapi kenyataan ekonomi yang semakin sulit," ujar Aria.
Ia juga berharap agar para pemimpin yang sudah tidak lagi menjabat fokus memberi inspirasi, bukan larut dalam drama politik yang bisa memperburuk persepsi publik. Dengan kapasitas dan pengalaman yang dimiliki, Jokowi seharusnya bisa berkontribusi lebih dalam menyatukan bangsa, bukan sekadar menanggapi isu yang sifatnya personal.
Sejumlah analis politik juga menyoroti pernyataan Jokowi yang dianggap terlalu reaktif terhadap situasi yang menyangkut anaknya. Padahal, sebagai tokoh dengan pengalaman dua periode memimpin Indonesia, publik menantikan kontribusi strategisnya dalam memperbaiki arah kebijakan ke depan.
Dalam situasi saat ini, ketika masyarakat menghadapi tekanan ekonomi, suara para pemimpin seharusnya menjadi penyejuk dan penyemangat. Aria menutup pernyataannya dengan dorongan agar Jokowi kembali pada peran sebagai bapak bangsa, bukan sebagai figur politik yang terus-menerus merasa disudutkan.
_____________